Nilai Rupiah Masih Terpuruk, Pengamat: Impor yang Perkuat Dollar AS

Ilustrasi - (int)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sudah dua pekan nilai rupiah terpuruk. Rupiah masih konsisten berada di atas angka Rp16.000 terhadap Dollar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Money Changer DolarAsia Makassar, per-tanggal 1 Mei 2024, kurs Dollar AS kukuh pada angka Rp16.245,00 (data diambil pada pukul 13.29 WITA). 

Pengamat Ekonomi Makassar, Firman Menne mengungkapkan melemahnya rupiah erat kaitannya dengan perang di beberapa negara, baik perang yang terjadi antar Israel dan Palestina, Israel dengan Iran, serta Rusia dan Ukraina. 

"Ada intervensi internasional dari Amerika, akibat perang yang berkepanjangan dibeberapa wilayah karena dia juga pemain sentralnya. Sehingga kebijakan pemerintah Amerika menjadikan dollar sebagai tumpukan untuk melakukan perubahan ekonomi didalam negeri atau domestik Amerika," jelas Pengamat Ekonomi, Firman Menne. 

Lebih lanjut ia menjelaskan impor juga erat kaitannya dengan terpuruknya kurs rupiah dan semakin menguatnya nilai Dollar AS. Bagaimana tidak? Kata Firman Indonesia merupakan salah satu negara yang paling aktif dalam transaksi impor barang, mulai dari garam hingga beras, semua diimpor. 

Akibatnya, karena impor yang terus dilakukan Indonesia, hal ini akan semakin memperkuat nilai Dollar AS sementara rupiah akan terus menerus anjlok. Menurutnya akan sulit untuk menguatkan kembali nilai tukarnya. 

"Nah kalau kita impor barang berarti kan kita harus membayar pake Dollar. Ketika dolar yang digunakan ini harganya tinggi  akan memukul nilai rupiah sehingga nilai tukar rupiah ini semakin melemah," ujarnya. 

Dosen Universitas Bosowa itu juga menuturkan bahwa satu-satunya jalan untuk menguatkan kembali nilai tukar rupiah terhadap dollar adalah memaksimalkan potensi sumber daya alam di Indonesia. 

Indonesia kata dia selama ini terlalu bergantung pada impor, sehingga hal tersebut menjadi pemicu utama lemahnya nilai rupiah. Kemandirian pangan mestinya menjadi solusi, dengan menghasilkan sendiri didalam negeri. Hal ini kata dia untuk mengurangi interaksi dengan luar negeri dalam hal mengimpor barang.

"Kebijakan pemerintah harusnya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam sehingga tidak lagi bergantung pada impor, " pungkasnya.