Harga Bahan Pokok Turun, Ibu Rumah Tangga Lega

Suasana Pasa Terong Makassar, Jumat (3/10/2025)- (foto by Rifki)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Harga sejumlah bahan pangan di Pasar Terong, Makassar, mengalami penurunan signifikan pada Jumat (3/10/2025). Kondisi ini membawa angin segar, terutama bagi konsumen rumah tangga yang selama ini terdampak fluktuasi harga kebutuhan dapur.

Rahmi, ibu rumah tangga asal Makassar, mengaku merasakan langsung manfaatnya. Ia menyebut penurunan harga membuat anggaran belanja lebih terkendali, tanpa harus menyiasati pembelian secara mencicil.

“Harganya sudah turun-turun sedikit di pasar, mulai bawang merah, tomat, cabai. Sudah lega ibu-ibu, rasanya senang, bahagia, bisa mencukupi kebutuhan belanja. Kalau lagi mahal kan terpaksa cuma beli sedikit, biasa dari satu kilo cuma seperempat,” ujarnya.

Penurunan ini, menurut Rahmi, didorong oleh kondisi cuaca yang mendukung dan selesainya momen perayaan besar seperti Maulid.

“Dengar-dengar karena lagi musim panen, cuaca lagi bagus, terus permintaan juga tidak terlalu banyak, mungkin karena musim acara sudah lewat,” tambahnya.

Pantauan CelebesMedia.id di Pasar Terong menunjukkan, cabai rawit dari Enrekang kini dijual seharga Rp20 ribu/kg, jauh lebih murah dari bulan lalu yang menembus Rp35 ribu/kg. Bahkan untuk kualitas lebih rendah dari Jeneponto, harganya turun hingga Rp15 ribu/kg.

Untuk jenis lainnya cabai keriting turun dari Rp35 ribu menjadi Rp30 ribu/kg dan cabai besar justru naik dari Rp30 ribu menjadi Rp35 ribu/kg.

Sementara itu, tomat  yang juga tercatat sebagai penyumbang deflasi oleh BPS – kini hanya dijual Rp10 ribu/kg, turun dari Rp15 ribu/kg.

Komoditas bumbu dapur lainnya juga mengalami perubahan harga yakni bawang merah turun dari Rp40 ribu ke Rp35 ribu/kg. Bawang putih turun tipis dari Rp32 ribu ke Rp30 ribu/kg.

Kondisi ini membawa dampak beragam di kalangan pedagang. Syamsul, pedagang yang sudah 27 tahun berjualan di Pasar Terong, mengungkapkan tantangan saat harga menurun.

“Pembeli lebih banyak kalau harga lebih mahal, bagus pendapatan. Karena barangnya lebih dicari. Pada saat harga turun, rata-rata penjual saingan harga. Misalnya kita mengecer Rp20 ribu per kilogram, eh ada yang Rp15 ribu per kilogram,” katanya.

Namun, tidak semua pedagang terdampak negatif. Rani, pedagang partai yang langsung mengambil barang dari petani, merasa lebih stabil menghadapi fluktuasi.

“Kalau saya, saya bukan pengecer biasa, saya langsung ambil dari kampung, ambil partai per mobil, jadi saya dapat harga paling miring. Jadi sebenarnya enak dua-dua, naik turunnya harga tidak terlalu terasa,” tutup Rani.

Laporan: Rifki