Pele - (foto by @pele/instagram)

DEMIKIANLAH FIFA menjuluki legenda sepakbola dunia, Pele. O Eterno Rei. Eternal King. Raja yang abadi.

Raja sepak bola Brasil dan legenda dunia itu benar-benar telah pergi. Meninggalkan dunia dengan segala gemerlap bintang di lapangan sepakbola.

Nama besar, uang dan penghargaan. Kehormatan dan penghormatan, juga dengan segala rasa sakitnya bermain sepakbola.

O Eterno Rei, raja yang abadi,  menuju keabadian yang sejati dan hakiki. Malaikat yang suci dan setan-setan pendosa dunia sepakbola pun tunduk. Memberi penghormatan terakhirnya. Mengenang Sang Raja.

Pele meninggal dunia di usia 82 tahun di Sao Paulo pada Kamis (29/12) waktu setempat atau Jumat (30/12) dini hari WIB.

Kabar meninggalnya Pele dikonfirmasi oleh Manajer Bisnisnya, Joe Fraga, sebagaimana dikutip CNN dari AP.

Instagram FIFA pun menyatakan dunia sepak bola berduka dengan kepergian Pele, O Eterno Rei, Eternal King.

Pele telah dirawat di rumah sakit di Sao Paulo Brasil sejak November 2022 karena mengidap sejumlah penyakit.

Pemain yang sukses membawa Brasil juara Piala Dunia tiga kali itu dikabarkan memiliki riwayat penyakit jantung dan ginjal.

Pele juga sempat menjalani pengangkatan tumor dari usus besarnya pada September 2021.

Rabu (28/12) lalu rumah sakit Albert Einstein di Sao Paulo, tempat Pele dirawat, menyatakan penyakit kanker usus besarnya menunjukkan perkembangan positif.

Hanya saja dia membutuhkan perawatan lebih intensif untuk mengobati gagal ginjal dan jantung.

Pele dikenal luas sebagai salah satu pesepak bola paling berbakat di dunia.

Dia berhasil membawa Brasil juara Piala Dunia 1958, 1962, dan 1970. Ia mengibarkan bendera sepakbola negaranya tiga kali dalam kurun waktu 22 tahun.

 Ia haus gol, selalu mengingkan bola, selalu meminta bola. Tangannya selalu diangkat kepada timnya yang menguasai bola adalah sinyal bahwa ia siap menerima dan mengeksekusi bola. Menghancurkan gawang lawan.

Dia juga tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Brasil dengan torehan 77 gol dalam 92 pertandingan. Itu semua terekam dalam sebuah buku catatan sejarah panjang kariernya sebagai seorang pesepakbola dengan setumpuk prestasi.

Ada masa semua anak pencinta sepakbola bangga menyatakan dirinya sebagai Pele. Namun, pada diri Pele pun berlaku adagium, setiap masa ada orangnya, setiap orang ada masanya.

Pele bukan hanya pesepakbola yang berdedikasi sepenuh jiwa dan cinta. Ia juga penulis lagu dan pemain musik yang baik. Itu semua karena jiwa seninya yang sangat kuat mengalir bersama darah Brasiliannya. Ia menghibur di lapangan sepakbola riuh, dan di ruang hening bersama petikan gitar dan lagunya.

Pada akun Instagram Pele dituliskan sebuah pesan menyentuh kepada seluruh fans yang merasa kehilangan sang legenda.

"Inspirasi dan cinta menandai perjalanan 'Raja' Pele, yang meninggal dengan damai hari ini. Dalam perjalanannya, Edson (nama kecilnya) mempesona dunia dengan kejeniusannya dalam olahraga, menghentikan perang, melakukan kerja sosial di seluruh dunia dan menyebarkan apa yang paling dia yakini sebagai obat untuk semua masalah kita yaitu cinta," tulis Instagram Pele.

"Pesannya hari ini menjadi warisan bagi generasi mendatang. Cinta, cinta dan cinta, selamanya," tulis Instagram Pele menambahkan.

Tetapi cinta pun ada batasnya. Cinta yang besar sekalipun tidak mampu menunda maut, berpisahnya jiwa dan raga. Bersama cinta, Pele menyelesaikan tugas dan tanggung jawab moralnya atas bakat sepakbola yang dianugetahkan Tuhan padanya. Ia pun melayang ke abadian membawa kembali cinta dan bakat kepada Sang Pemilik Cinta....