Kisah Inspiratif Loper Koran di Ujung Senja

. Minggu, 25 Juni 2023 20:52

CELEBESMEDIA.ID,Makassar - Teriknya panas mau pun gelapnya malam tak menyurutkan semangat Daeng Naba menjalankan profesinya sebagai loper koran. Sejak fajar terbit hingga tergelincirnya matahari di peraduannya,.ia tetap setia menawarkan koran-koran ke pengendara mau pun pejalan kaki.

Baginya sengatan sinar matahari atau dinginnya malam bukan menjadi ancaman.

Justru modernisasi teknologi yang juga merambah ke dunia media informasilah yang menjadi momok yang dikhawatirkannya.  

Teknologi mengharuskan media cetak dan elektronik bermigrasi ke media digital. Pada akhirnya, profesi loper koran lambat laun mulai ditinggalkan sebab dinilai sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman.

Namun, hal itu tidak menyurutkan semangag bagi Daeng Naba (92). Ia sudah menggeluti profesi itu sejak tahun 70-an.  Artinya sudah lebih dari 50 tahun pria paruh baya itu menjadi loper koran di Makassar.

Di usianya yang hampir 1 abad, Daeng Naba tetap semangat dalam menjalani hari-harinya sebagai seorang loper koran. Hal ini bukan sebab materi yang ingin diraih, tapi tentang kecintaannya pada pekerjaan ini.

"Iye, saya senang, dan saya cinta sama pekerjaanku,"ucapnya saat di temui CELEBESMEDIA.ID, di sela-sela aktivitasnya menjajakan koran, Sabtu (24/06/2023).

Dengan topi biru, serta setelan kemeja dan celana panjangnya, setiap hari di waktu pagi Daeng Naba berangkat dari rumahnya yang berada di kawasan Jalan  Mangerangi dengan bentor langganannya, menuju Pertigaan Jalan Kakatua-Ratulangi (Lampu Merah), tempat biasanya menjajakan koran.

"Berangkatka dari Rumah pagi sekitar jam 10 untuk jualan, sampai jam 5 sore biasa baru saya pulang,"tuturnya.

"Ada memang langgananku bentor yang antarka tiap hari di sini jualan,"tambanya. 

Setiap harinya Daeng Naba membawa 30-45 koran yang diantarkan koran langganannya (Fajar) ke rumah, dengan harga satuannya Rp3.500, kemudian di jual kembali olehnya dengan harga Rp 5000.

Beralaskan kotak kayu, Daeng Naba duduk di atas trotoar jalan sembari menawarkan korannya kepada para pengendara yang sedang berhenti di lampu merah.

Sebelumnya, Daeng Naba merupakan loper koran keliling kurang lebih 12 tahun menggunakan sepedanya, sebelum akhirnya memilih untuk menetap di trotoar pertigaan Jalan Kakatua-Ratulangi (lampu merah), karena sudah tidak mampu mengayuh sepeda.

"Dulu saya keliling sampaika di Antang, itu 12 tahun. Karena nda mampu akhirnya disinimi dekat rumah, di sini juga sudah 12 tahun lebih. Pernah juga di karebosi menjual,"ungkapnya.

Tak jarang ada orang yang memberinya uang secara cuma-cuma sebagai rasa iba kepada beliau. 

"Biasa ada kasika uang, tapi nda ambil koran,"ucapnya sembari tersenyum.

Daeng Naba tinggal bersama 4 orang anaknya yang semuanya telah berkuarga, dan memiliki 15 orang cucu. Beliau mengaku kerap diminta berhenti untuk berjualan karena melihat kondisi umur dan kesehatannya.

"Iye biasa juga ditegur bilang bapak di rumah saja jangan mi cari uang. Tapi mau di apa saya senang," tandasnya.

"Kalau saya diam di rumah tidak bergerak kemana-mana, paling sudah tidak bisa jalan karena sudah tua,"tambahnya.

Dari hasil berjualan korannya, ia mampu membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya dengan baik, bahkan saat ini juga membantu biaya sekolah cucu-cucunya.

Setiap hari Daeng Naba mampu membawa pulang uang Rp100.000 sampai Rp 200.000. Dari penghasilannya yang akan ia bagikan untuk cucu-cucunya.

"Uangnya untuk cucu, saya bagi-bagi," tuturnya.

Daeng Naba juga menjelaskan akan tetap menjadi loper koran selama masih kuat, dan baru akan berhenti jika kondisinya kelak sudah tidak mampu lagi.

"Saya mau tetap menjual, sampai nanti betul-betul tidak mampu, baru berhenti mi," terangnya.

Laporan: Moh. Firmansyah Putra