Fenomena Langka! BMKG Ungkap Penyebab Hujan Es Bisa Terjadi di Indonesia

Ilustrasi Hujan Es - (foto by Antara)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar — Fenomena langka terjadi di Indonesia. Hujan es kembali mengejutkan warga dan viral di media sosial.

Hujan es tersebut mengguyur Tangerang, Banten, pada Jumat (31/10) sore. Butiran es berukuran kecil turun bersamaan dengan hujan deras, menandakan adanya aktivitas cuaca ekstrem di wilayah tersebut.

Fenomena ini terbilang langka, mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang hanya terjdiri dari 2 musim yakni kemarau dan hujan tanpa ada nya hujan salju.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah II mengonfirmasi bahwa fenomena tersebut disebabkan oleh kondisi atmosfer yang tidak stabil dan pengaruh Dipole Mode Indeks negatif.

Kepala BMKG Wilayah II, Hartanto, menjelaskan bahwa wilayah Banten saat ini telah memasuki musim hujan, termasuk daerah Tangerang Selatan, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang.

"Saat ini sebagian besar wilayah Banten sudah masuk musim hujan, yaitu wilayah Tangsel, Kota Tangerang, dan Kabupaten Tangerang,” ujar Hartanto, dijutip dari Antara.

Menurutnya, hujan es yang beberapa kali terjadi sejak awal bulan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, dan Tangerang Selatan, berkaitan erat dengan pembentukan awan cumulonimbus (Cb) yaitu jenis awan yang kerap memicu hujan lebat, petir, hingga angin kencang.

“Fenomena hujan es seperti hari ini memang sering terjadi pada musim peralihan dan musim penghujan. Hujan es sendiri merupakan bencana hidrometeorologi yang diakibatkan dari awan cumulonimbus,” jelasnya

Hartanto menambahkan, proses terbentuknya hujan es diawali oleh pengangkatan massa udara secara vertikal yang sangat kuat ke lapisan atmosfer.

Di dalam awan cumulonimbus tersebut terdapat arus udara naik dan turun yang ekstrem. Akibatnya, tetesan air di dalam awan membeku menjadi butiran es kecil sebelum akhirnya jatuh bersamaan dengan air hujan.

“Hujan es yang terjadi pada tanggal 31 Oktober 2025 siang hingga sore hari ini dipicu oleh nilai Dipole Mode Indeks negatif yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan curah hujan khususnya di wilayah Banten,” ungkap Hartanto.

Selain faktor atmosfer, BMKG mencatat suhu muka laut yang hangat di sekitar Banten turut berperan dalam memperkuat proses penguapan. Kondisi ini meningkatkan kelembapan udara dan memperkuat potensi terbentuknya awan cumulonimbus.

“Faktor lain terjadinya fenomena hujan es adalah akibat suhu muka laut di sekitar wilayah Banten yang hangat, meningkatkan penguapan dan kelembapan udara, serta aktivitas atmosfer seperti low frequency dan labilitas udara yang kuat,” tambahnya.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem selama musim hujan, termasuk genangan air, banjir, tanah longsor, kilat, petir, angin kencang, dan hujan es.

BMKG juga memprediksi bahwa fenomena hujan es masih berpotensi terjadi dalam beberapa waktu ke depan, terutama di daerah dengan suhu permukaan hangat dan tingkat kelembapan tinggi.

Untuk itu, masyarakat diimbau untuk memantau informasi cuaca resmi dari BMKG melalui kanal daring dan aplikasi InfoBMKG agar dapat mengantisipasi potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi.