KOLOM ANDI SURUJI : Beri Aku 10 Pemuda...

"BERI Aku 10 Pemuda Niscaya Akan Kuguncangkan Dunia..."

Saya ingin meminjam sepenggal kalimat Bunga Karno yang sangat populer itu untuk tulisan ini sebagai refleksi di Hari Sumpah Pemuda, yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober. 

Pada 28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia yang menstempel dirinya sebagai Djong Java, Djong Sumatera, Djong Celebes, dan lainnya, menggemakan sebuah sumpah atau janji suci untuk sebuah negara yang dicita-citakan. 

Soempah Pemoeda merupakan komitmen pemuda berbagai negeri, beragam bahasa, aneka suku dan agama. Untuk satu tanah air, bangsa, dan bahasa yaitu Indonesia.

17 tahun kemudian, terwujudlah cita-cita itu dengan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia oleh pemimpin bangsa Soekarno dan Mohammad Hatta.

Soempah Pemoeda tentulah salah satu tonggak penting (milestone) sejarah bangsa ini. Sumpah itu menyatukan ratusan etnik, ratusan bahasa etnik, belasan ribu pulau, dalam satu kata Indonesia. Roh pemuda melahirkan komitmennya itu dijiwai pergerakan Boedi Oetomo yang lahir 20 tahun sebelumnya. 

Lantas apa makna kalimat Bunga Karno cuma memerlukan 10 pemuda untuk mengguncang dunia. Tentu saja bukanlah soal jumlah, tetapi sebuah ungkapan keyakinan dan harapan besar bahwa pemuda bisa melakukan hal-hal spektakuler di luar yang dapat diperkirakan.

Dalam konteks kini, pemuda yang bagaimana harapan bangsa di tengah arus globalisasi yang amat deras dengan segala macam implikasinya, negatif maupun positif? Lupakan ilusi sosok pemuda gagah berani memanggul senjata melawan penjajah di medan perang. 

"Tempo doeloe" perang berwujud pertempuran menggunakan senjata untuk mengalahkan dan menaklukkan lawan. Penjajahan ditandai dengan penguasaan sumber daya, hak-hak sipil dan martabat kemanusiaan. 

Kini, wujud dan pola perang, begitu pula esensi dan pola penjajahan, sudah bergeser amat jauh. Berubah amat ekstrem dan radikal. Kita tidak lagi melawan bangsa lain dalam konteks perang dan penjajahan secara fisik, tetapi kita sebagai bangsa sedang berperang melawan diri kita sendiri yang dijajah oleh hawa nafsu yang mengidap penyakit sosial. 

Bangsa ini sedang sakit parah. Bukan karena Covid-19 yang tiba-tiba muncul lalu mewabah dan meluas secara pandemik. Tetapi penyakit sosial yang subur bersemai dan secara perlahan nyaris tanpa disadari telah meluas menjangkiti banyak orang pada semua level, strata dan status sosial. 

Penyakit sosial itu tidak mematikan seketika seperti Covid-19, tetapi penyakit yang mematikan rasa solidaritas dan soliditas, menghancurkan harkat dan martabat kemanusiaan, membakar masa depan bangsa.

Korupsi, kolusi, individualistis, masa bodoh, apatis, apriori, saling curiga, merasa benar sendiri, oligarkis, adalah sederet nama penyakit itu. Berkelindan terbungkus selaput tipis virus yang dengan sangat mudah menjangkiti semua orang. 

Wahai pemuda...! Tidak usahlah berkumpul dan bersatu dalam jumlah sepuluh orang untuk mengguncang dunia, seperti kata Si Bung. Toh guncanganmu tidak dibutuhkan dunia untuk takjub. Tetapi bangsamu ini setiap saat merintih, menyebut, dan memanggil-manggil kalian dengan suara sayup-sayup tanpa pengeras suara toa, untuk mewujudkan dan menguatkan kembali komitmen kebangsaanmu. 

Janganlah kalian mau terjangkiti penyakit korupsi yang mewabah. Menghindarlah dari jalan pintas "kesuksesan" yang penuh intrik, sogok-menyogok serta suap-menyuap, dan justru menjerumuskanmu ke lembah kehinaan. Ogahlah menjadi pemuda penjilat pada penguasa kesetanan kekuasaan yang menabrak segala aturan dan merekayasa aturan demi kelanggengan kekuasaannya. 

Jadilah pemuda berkarakter dengan atitud baik. Jika kalian pekerja kantoran, periksa kembali tugas dan tanggung jawabmu. Bertanggungjawablah pada job description mu. Luruskan yang bengkok pada setiap jalur perjalanan kariermu. 

Seimbangkan antara hak dan kewajibanmu. Ambil semua hakmu tetapi jangan lupa bahkan pura-pura lupa dan tidak tahu apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawabmu. Jangan kerja seadanya tetapi mengharap hak sepenuhnya.

Naikkanlah levelnya ke lingkungan keluarga. Jadilah contoh tentang kedisiplinan, kejujuran, kepedulian pada sesama, lingkungan, di mana pun kalian berada. Di jalan, di lift, di kantor dan sebagainya. Pedulikan lingkungan sekitarmu. Singsingkan lengan bajumu untuk bekerja demi kemanusiaan yang berkeadilan. 

Jangan terjerumus pada budaya hedonisme yang menempatkan materi di atas segalanya. Pelopori budaya kerja keras, efisien dan kompetitif. Kuasai ilmu dan teknologi untuk memandirikan dirimu dan bangsamu.

Ibu Pertiwi tersenyum manis ketika Pemoeda mengucapkan Soempah Pemoeda yang historik doloe itu. Kini Ibu Pertiwi sedang lara, menangis dan merintih ketika pemuda tampan, cerdas, yang diharapkan memutus berbagai penyakit sosial, penyakit bangsa, justru terlibat korupsi, merampok uang rakyat, merampas hak generasi mendatang.

Jika harapan di atas terlalu banyak, buatlah daftar pendek yang sangat esensial. Bersatulah bersumpah cukup satu : Haram  pemuda terlibat korupsi dengan cara apa pun dan nilai seberapa pun.