BMKG Ungkap Penyebab Hujan di Musim Kemarau
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Makassar Sulawesi Selatan menjelaskan penyebab terjadinya hujan di tengah musim kemarau. Hal itu dikarenakan gangguan cuaca yang berskala regional.
Prakirawan Cuaca BMKG Maritim Makassar, Anendha Destantyo Nugroho mengungkapkan bahwa salah satu gangguan cuaca tersebut berupa pertemuan angin atau konvergensi yang menyebabkan penumpukan massa uap air penyebab terjadinya hujan.
”Ini bukan seluruh Indonesia hanya di Sulawesi Selatan pada khususnya di Kota Makassar hal ini disebabkan adanya gangguan cuaca yang bersifat regional bukan yang bersifat global jadi lebih sempit cakupannnya, berupa terdapat daerah pertemuan angin atau yang disebut konvergensi sehingga menyebabkan penumpukan massa uap air terjadi di wilayah Sulawesi Selatan, menyebabkan pertumbuhan awan hujan,” jelasnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Jumat (9/7/2021).
“Angin ini diibaratkan dengan kendaraan bertemu dengan kendaraan lain pasti kecepatan angin ini mengalami penurunan atau perlambatan. Saat terjadi pertemuan angin mengalami perlambatan kecepatan sehingga terjadilah penumpukan massa uap air penyebab terjadinya hujan,” tambahnya.
Menurutnya, fenomena ini tidak terjadi dalam waktu panjang karena intensitas terjadinya hujan di musim kemarau sudah mulai berkurang. Namun, masih tetap ada kemungkinan terjadinya hujan lagi.
“Untuk intensitasnya sendiri sudah mulai berkurang tidak selebat atau sesering kemarin yang hampir satu hari dari dini hari sampai ke malam hari masih terjadi hujan. Tapi masih memungkinkan terjadinya hujan karena cuacanya bersifat dinamis artinya mengalir karena cuaca selalu berubah-ubah belum tentu kemarau itu tidak terjadi hujan masih bisa berpeluang terjadi hujan,” tambah Nendha.
Bagi masyarakat, ia menghimbau untuk mengurangi aktivitas di luar rumah guna menghindari cuaca ekstrem dan angin kencang.
“Untuk masyarakat dihimbau mengurangi aktivitas di luar rumah terutama saat terjadinya cuaca ekstrim, karena cuaca ekstrim itu bersifat yang tiba-tiba yang tadinya cuacanya cerah, bersih, tiba-tiba bisa terjadi pembentukan awan yang sangat masif dan besar, terjadi hujan lebat, mungkin dapat dikurangi kegiatan atau aktivitas di luarnya. Untuk di lingkungan sekitar mungkin kita bisa mengurangi ranting-ranting yang beresiko untuk menimpa rumah atau menimpa kendaraan di sekitar kita,” tutupnya.
Laporan: Lutfiah (UINAM)