JEJAK ULAMA (2) : KH. Muin Yusuf

. Selasa, 07 Mei 2019 14:42
KH. Muin Yusuf - (int)

CELEBESMEDIA.ID, MakassarKH. Muin Yusuf rela menanggalkan jabatannya sebagai Qadhi Sidenreng demi menuntut ilmu dan mengaji ke Mekkah Al-Mukkaramah. Qadhi, biasa disebut juga Kali adalah semacam penghulu agama  (parewa syara) yang memutus berbagai perkara di tengah masyarakat. Setelah kemerdekaan, peran lembaga ini diambilalih oleh lembaga kehakiman.

Tak sekadar belajar mengaji di Masjidl Haram, dia juga menjadi mahasiswa di Al-Falah, jurusan perbandingan mazhab. Kepala Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Kemenag RI, Dr. Muh. Zain, mengatakan kajiannya yang mendalam tentang mazhab menjadikan KH Muin Yusuf sosok ulama yang moderat sehingga diterima semua kalangan.

“Beliau sangat moderat dalam tafsir-tafsirnya,” tegas Dr. Muh. Zain, Kepala Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Kemenag RI kepada celebesmedia.id baru-baru ini.

Menurut Zain, sikap moderat dan tawadu sangat menonjol dari pribadi KH. Muin Yusuf. Tak heran, dia dipercaya memimpin Majelis Ulama Indonesia Sulsel selama dua periode yaitu 1985 – 1995. KH Muin Yusuf jugalah yang merintis berdirinya Nahdatul Ulama di Kabupaten Sidrap.

Salah satu warisan monumental KH. Muin Yusuf adalah Pesantren Al-Urwatul Wutsqa yang berdiri di Benteng, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap. Di tengah kesibukannya mengurus pesantren dan organisasi keagamaan, KH Muin Yusuf meluangkan waktunya untuk menulis dan berhasil menyelesaikan Tafsir Al-Qur’an berbahasa Bugis yang ditulis dalam huruf Lontara. Tafsir Al-Quran berbahasa Bugis ini diselesaikan dalam waktu sekitar 8 tahun.

Peneliti Utama Balitbang Kemenag Makassar, Dr. Kadir Massaweng, menilai tafsir Al-Quran berbahasa Bugis merupakan warisan langka. Menurutnya, tafsir tersebut sekaligus  menjadi investasi terbesar dalam melestarikan bahasa Bugis yang mulai ditinggalkan generasi milenial.

 “Tafsir ini ditulis dalam bahasa Bugis huruf Lontara. Ini salah satu karya beliau untuk bisa  diwarisi oleh orang-orang Bugis. Mengapa beliau menyusunnya dalam bahasa Bugis. Untuk efektifitasnya dakwah Islam, maka memang harus disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami masyarakat yaitu bahasa Bugis. Ceramah-ceramah beliau memang selalu dibawakan dalam bahasa Bugis,” ujar Kadir Massaweang.

Selengkapnya kisah tentang KH.Muin Yusuf, dapat disaksikan dalam Program Jejak Ulama Sulsel, yang ditayangkan Celebes TV, Selasa (7/5/2019) pukul 17.00 wita. Program ini dapat pula disaksikan melalui siaran streaming Celebes TV melalui CELEBESMEDIA.ID yang aplikasinya dapat diunduh melalui Play Store maupun Apps Store. (*)

Penulis : Muannas