Tahan Suku Bunga, BI Perkirakan Inflasi 2022 Lampaui Sasaran

Ilustrasi - (foto hy pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2022, memutuskan untuk mempertahankan Suku bunga acuan. 

BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50℅, suku bunga deposit facility 2,75℅ dan suku bunga lending facility 4,25℅.

Keputusan ini, menurut Direktur Elselutif Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri. 

BI terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan baik melalui stabilisasi nilai tukar rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga.

Bank Sentral biasanya menaikkan suku bunga acuan antara lain jika kondisi perekonomian mengalami kecenderungan inflasi meningkat untuk menyerap likuiditas agar daya beli masyarakat terjaga tidak tergerus kenaikan harga yang terlampau tinggi. 

Suku bunga acuan juga merupakan instrumen bank sentral untuk menjaga nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing, terutama dollar AS yang menjadi acuan pasar keuangan global.

Selain itu, suku bunga bank sentral juga merupakan instrumen untuk mempengaruhi arah Suku bunga perbankan. Jika Suku bunga bank sentral rendah, perbankan akan mengucurkan kredit lebih deras agar mendapatkan margin untuk membiayai dana simpanan masyarakat di perbankan. 

Inflasi

Bank Indonesia menilai yang belakangan ini meningkat karena tingginya tekanan sisi penawaran, seiring dengan kenaikan harga komoditas dunia dan gangguan pasokan. 

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61% (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55% (yoy). Inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,63% (yoy) didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi. 

Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat, terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca. 

Inflasi kelompok administered prices juga masih tercatat tinggi dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi. 

Ke depan, tekanan inflasi IHK diprakirakan meningkat, didorong oleh kenaikan harga energi dan pangan global. Inflasi IHK pada 2022 diprakirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran, dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah. 

Gejolak Kurs

Menurut penilaian BI, nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang meningkat sebagaimana juga dialami mata uang regional lainnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi. 

Nilai tukar pada 20 Juli 2022 terdepresiasi 0,60% (ptp) dibandingkan akhir Juni 2022, namun dengan volatilitas yang terjaga. 

Depresiasi tersebut sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif. 

Dengan perkembangan ini, nilai tukar Rupiah sampai dengan 20 Juli 2022 terdepresiasi 4,90% (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 6,41%, India 7,07%, dan Thailand 8,88%. 

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.  

Suku Bunga Bank Turun

BI menyatakan, sulu bunga perbankan terus menunjukkan penurunan sejalan dengan tren perbaikan persepsi risiko. 

Di pasar uang, suku bunga IndONIA pada Juni 2022 stabil sebesar 2,80% dibandingkan dengan Juni 2021. Di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 69 bps sejak Juni 2021 menjadi 2,81 % pada Juni 2022. 

Di pasar kredit, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 58 bps pada periode yang sama menjadi 8,94%, di tengah membaiknya persepsi risiko perbankan. 

BI memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan, termasuk melalui penurunan suku bunga kredit, dapat ditingkatkan guna makin mendorong pemulihan ekonomi nasional.