Kopi Luwak Malino Binaan Bank Indonesia Merambah Hingga Hongkong

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sulawesi Selatan melakukan pembinaan kepada sejumlah UMKM agar lebih berkembang, salah satunya Kopi Luwak Malino.

Kopi Luwak Malino merupakan usaha milik drg Danny Permadi MSc yang tergabung dalam binaan BI sejak lima tahun lalu. 

Kebetulan, pengembangan UMKM kopi di Sulsel merupakan salah satu fokus BI. Karena kopi merupakan salah satu komoditas andalan dari Sulsel.

Kepala Divisi Implementasi Kajian EEkonomi Keuangan Daerah BI Sulsel, Edwin Permadi, menjelaskan bahwa pihaknya memberikan bantuan kepada UMKM sesuai dengan apa kebutuhannya.

Pembinaan UMKM yang dilakukan oleh BI terbagi dua yaitu untuk peningkatan ekspor dan ketahanan pangan.

"Bantuan teknis pengembangan UMKM di mana BI memberikan bantuan teknis kegiatan seperti pelatihan keuangan, pengelolaan usaha, dan pelatihan teknis. Kita berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait seperti untuk memfasilitasi pameran, baik dalam maupun luar negeri," ujar Edwin.

Kopi luwak Malino ini sudah dikenal hingga ke luar negeri setelah difasilitasi oleh BI untuk promosi sampai ke luar negeri, termasuk mengikuti pameran di Singapura yang bisa membuka akses untuk ekspor.

Hingga saat ini, Kopi Luwak Malino telah dinikmati di Singapura, Taiwan, dan Hongkong/Cina.

Barista Kopi Luwak Malino, Zain, menjelaskan bahwa bahan utama produk mereka ada kopi dari petani di Topidi, Gowa. Kopi utuh itu kemudian menjadi bahan makanan untuk musang/luwak.

"Setiap sore kita berikan makanan kopi dan pagi hari kita kumpulkan fasesnya yang terdapat biji kopi," kata Zain 

Biji kopi tersebut kemudian dicuci dengan standar khusus lalu dijemur hingga kadar air tertentu.

"Kemudian di-roasting/sangrai. Mengolah kopi Luwak untuk menjadi sajian minuman yang nikmat tidak seperti pada umumnya. Saat diseduh, ada kalibrasi untuk menghasilkan ekstrak rasa yang maksimal," ucapnya.

Dijelaskan, kopi yang memiliki standar ekspor merupakan kopi specialty yang ditentukan oleh dari mana asal kopi, asal kebunnya jelas, asal petaninya jelas, kemudian asal jenis bijinya jelas, hanya satu jenis kopi tidak tercampur dengan jenis kopi lain.

Kopi specialty juga melihat kategori ketinggian yang masuk dalam indikasi geografis. Selanjutnya adalah keberlanjutan jumlah kopi yang harus jelas.

"Karena specialty, kopi kita bisa dinikmati di daerah mana pun saja," katanya.

Zain menjelaskan bahwa pihaknya masih mengekspor kopi luwak ini dengan jumlah terbatas, sekitar 30 kg sekali kirim. Itu karena produksi juga terbatas.

Panen kopi biasanya dilakukan pada Juni, Juli, Agustus, dan September. Luwak pun selektif dalam memakan biji kopi.

"Misalnya diberikan 1 kilo kopi, biasanya yang dimakan hanya setengahnya atau sekitar 500 Gram, itu yg jadi kopi luwak. Sementara sisanya dijadikan kopi biasa.

Ia mengatakan bahwa dukungan BI sangat membantu Kopi Luwak Malino kini makin maju dan bisa merambah ke negara lainnya. Juga perhatian pemerintah membuat Kopi Luwak Malino makin besar.

"Kami sudah masuk dalam UMKM provinsi maupun di daerah dan kita juga sudah dibina oleh BI," katanya 

Ia berharap agar pemerintah lebih perhatian lagi pada UMKM sehingga bisa berkembang dan memilikinya nilai ekspor.