BI Buka-bukaan Strategi Redam Gejolak Rupiah

CELEBESMEDIA.ID, Makassar — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan signifikan dalam beberapa pekan terakhir.
Terbaru, rupiah sempat menembus level Rp16.700 per dolar AS. Angka ini menandai titik pelemahan tertinggi rupiah dalam beberapa bulan terakhir.
Sepanjang sepekan terakhir, kurs rupiah terus bergerak dalam tren negatif. Pada Jumat (26/9), rupiah dibuka melemah 26 poin atau sekitar 0,15% ke level Rp16.775 per dolar AS, dibanding posisi sebelumnya di Rp16.749. Jika dibandingkan dengan posisi pada awal minggu (Senin, 22/9), rupiah sudah melemah sekitar 0,85%.
Kondisi ini mendorong Bank Indonesia (BI) untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam menjaga stabilitas kurs.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam pernyataannya pada Jumat (26/9) di Jakarta menegaskan bahwa bank sentral tidak tinggal diam menghadapi tekanan nilai tukar. Menurutnya, seluruh instrumen moneter yang tersedia telah digunakan secara berani, baik di pasar domestik maupun internasional.
"Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus, melalui intervensi NDF," tegas Perry, dikutip dari ANTARA.
Strategi ini mencerminkan komitmen kuat BI dalam meredam gejolak nilai tukar. Intervensi dilakukan melalui pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Di sisi global, BI juga aktif melakukan intervensi melalui instrumen Non-Deliverable Forward (NDF) di berbagai pusat keuangan dunia.
Pelemahan rupiah ini pun berpotensi menekan beberapa sektor, terutama yang bergantung pada impor bahan baku. Namun, di sisi lain, sektor ekspor bisa mendapat angin segar karena produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global.
Bank Indonesia meyakini, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Oleh karena itu, intervensi yang dilakukan bukan sekadar upaya menstabilkan kurs jangka pendek, tetapi juga untuk menjaga persepsi positif terhadap ekonomi nasional.
"Bank Indonesia meyakini bahwa seluruh upaya yang dilakukan dapat menstabilkan nilai tukar rupiah, sesuai nilai fundamentalnya," ujar Perry.
Gubernur BI juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk menjaga kondisi keuangan domestik agar tetap kondusif. Ini penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah volatilitas yang berlebihan.
"Bank Indonesia mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, sehingga stabilitas nilai tukar rupiah dapat tercapai dengan baik," tambahnya.
Penyebab Rupiah Melemah
Ada sejumlah faktor global dan domestik yang mempengaruhi pergerakan rupiah diantaranya
- Kebijakan Suku Bunga AS
The Fed masih mempertahankan sikap hawkish dengan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diperkirakan pasar.
- Ketegangan Geopolitik dan Ketidakpastian Global
Situasi di kawasan Timur Tengah serta perlambatan ekonomi di Tiongkok turut memberi tekanan pada emerging markets termasuk Indonesia.
- Permintaan Valuta Asing
Kebutuhan korporasi akan dolar meningkat, sementara sentimen investor terhadap aset berdenominasi rupiah sedang melemah.