Generasi Millenial Dominasi Jumlah Investor Pasar Modal

Ilustrasi - (Dok. Kemendagri)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Menutup tahun 2021 yang masih diwarnai pembatasan aktivitas masyarakat, jumlah investor pasar modal Indonesia justru meningkat sangat signifikan. 

OJK mencatat per 29 Desember 2021, jumlah investor mencapai 7,48 juta atau meningkat 92,70 persen dibandingkan akhir tahun 2020 yang tercatat hanya 3,88 juta. Dibandingkan akhir tahun 2017, jumlah tersebut meningkat hampir tujuh kali lipat.

Lebih hebat lagi, berdasarkan data di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), peningkatan jumlah investor didominasi oleh investor domestik yang berumur di bawah 30 tahun. Porsinya mencapai sekitar 59,98 persen dari total Investor.

Hingga akhir tahun 2021, aktivitas perdagangan saham terus bertumbuh secara positif, tercermin dari kinerja IHSG yang terus bergerak stabil dan cenderung meningkat dibandingkan pada triwulan III.

Sebagai gambaran, per 29 Desember 2021, IHSG berada di level 6.600,68 atau meningkat 10,40 persen secara tahunan atau year to date (Ytd). Bahkan pada triwulan IV ini, tepatnya di 22 November 2021, IHSG sempat menembus rekor baru di level 6.723,39, bahkan melampaui IHSG sebelum terjadinya pandemi.

Sementara itu, kapitalisasi pasar saham per 29 Desember 2021 mencapai Rp8.275 triliun atau meningkat 18,72 persen secara Ytd. Kapitalisasi pasar adalah nilai dari seluruh saham yang dicatatkan di bursa dikali dengan harga pada waktu tertentu. 

Aktivitas perdagangan juga mencatatkan rekor-rekor baru, di antaranya frekuensi transaksi harian tertinggi terjadi pada tanggal 9 Agustus 2021 yang mencapai 2,14 juta kali transaksi. Volume transaksi harian tertinggi yang mencapai 50,98 miliar saham di 9 November 2021. 

Kapitalisasi pasar tertinggi yang mencapai Rp8.354 triliun di 13 Desember 2021.

Dari sisi supply, OJK mencatat juga terdapat peningkatan dari jumlah emiten baru maupun aktivitas penawaran umum dibandingkan akhir tahun 2020.

Per 29 Desember 2021, OJK telah mengeluarkan surat Pernyataan Efektif atas Pernyataan Pendaftaran dalam rangka Penawaran Umum untuk 192 emisi. Jumlah itu terdiri dari 52 Penawaran Umum Perdana Saham, 6 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk, 44 Penawaran Umum Terbatas, 37 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk Tahap I, dan 53 Penawaran Umum Berkelanjutan Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk Tahap II. Total nilai penghimpunan dana hasil Penawaran Umum sebesar Rp358,43 triliun.

Dari 192 aktivitas penawaran umum selama tahun 2021 tersebut, tercatat 55 di antaranya merupakan emiten baru.

Sementara dari industri Pasar Modal Syariah, per 29 Desember 2021, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tercatat mengalami pertumbuhan 6,80 persen dibandingkan posisi 30 Desember 2020 yang sebelumnya mencapai 177,48 poin menjadi 189,55 poin. 

Jumlah Saham Syariah yang terdaftar dalam Daftar Efek Syariah juga tercatat mengalami peningkatan dari sebelumnya sebanyak 441 Efek Syariah per 30 Desember 2020 menjadi sebanyak 494 Efek Syariah pada 29 Desember 2021. 

Pada periode yang sama, kapitalisasi pasar saham syariah juga mengalami pertumbuhan sebesar 19,36 persen dari sebelumnya sebesar Rp3.344,93 triliun menjadi Rp3.992,66 triliun per 29 Desember 2021.

Penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia dilakukan Menko Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto di Jakarta, Kamis lalu. Airlangga juga mantan Ketua Asosiasi Emiten Indonesia. 

Ia didampingi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri BUMN Erick Thohir. 

"OJK bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dan seluruh pemangku kepentingan di Pasar Modal Indonesia melalui kebijakan pengaturan dan pengawasan terus menjaga daya tahan dan stabilitas pasar menghadapi volatilitas Pasar akibat dampak pandemi Covid-19," kata Wimboh, seperti dikutip dari laman OJK.