Penerimaan Bea Cukai Sulsel Periode Oktober 2023 Capai Rp268,92 Miliar

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Penerimaan Kepabeanan & Cukai Sulawesi Selatan hingga 31 Oktober 2023 mencapai Rp268,92 Miliar atau 89,60% dari target penerimaan tahun 2023.

Peningkatan penerimaan bea dan cukai dipengaruhi oleh kebijakan penyesuaian tarif CHT dan peningkatan produksi kakao ekspor, kontribusi Palm Kernel Shell serta realisasi impor gula (raw sugar).

Hal ini dipaparkan dalam konfrensi pers terkait Kinerja APBN Sulsel periode Oktober 2023 di Gedung Keuangan Negara (GKN) Makassar, Selasa (28/11)

Penerimaan cukai mencapai Rp88,71 Miliar, yang mengalami growth sebesar 33,84% (yoy) untuk cukai MMEA, sedangkan cukai HT berada pada kinerja positif dengan growth 63,44% (yoy)

Sebagaimana tren penerimaan cukai tahun-tahun sebelumnya, akan terjadi peningkatan penerimaan pada 2 bulan terakhir setiap tahunnya. Bea Masuk saat ini mencapai Rp151,36 Miliar. Komoditi raw sugar hanya menyumbang Rp2,7 Miliar pada bulan Oktober 2023, karena pembatasan produksi akibat terhambatnya pasokan air bersih untuk proses produksi pada Makassar Tene.

Perlambatan 67,53% penerimaan dari raw sugar awal Triwulan IV 2023 terhadap rata-rata penerimaan raw sugar sepanjang tahun ini, memperdalam perlambatan 

kinerja penerimaan bea masuk.

Sedangkan penerimaan Bea Keluar hingga Oktober 2023 mencapai Rp28,84 Miliar, namun penerimaan pada bulan Oktober hanya sebesar Rp0,2 Miliar yang berasal dari ekspor kakao, akibat sulitnya bahan mentah. 

Tidak terdapat ekspor Palm Kernel Shell pada bulan Oktober 2023, dan kemungkinan besar akan berlanjut hingga akhir tahun 2023.

Inflasi Sulsel

Sebelumnya diberitakan Inflasi Oktober 2023 di gabungan 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) (Makassar, Palopo, Parepare, Watampone dan Bulukumba) di Sulsel mencapai 2,89% (yoy) dengan IHK sebesar 116,32.

Dari 5 kota IHK di Sulawesi Selatan, inflasi yoyo tertinggi terjadi di Makassar sebesar 3,01%, sedangkan inflasi yoy terendah terjadi di Palopo sebesar 1,87%. 

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks harga yang signifikan pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Adapun tingkat inflasi Sulawesi Selatan sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional. 

Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain adalah beras, rokok kretek filter, angkutan udara, emas perhiasan, dan bawang putih.

APBN Sulsel

Sementara untum Pendapatan Sulsel s.d. 31 Oktober 2023 mencapai Rp13,02 Triliun atau 86,16% dari target, dan mengalami pertumbuhan sebesar 6,1% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding pertumbuhan 

nasional sebesar 2,8% (yoy). 

Walaupun sedikit lebih rendah dari persentase capaian APBN Nasional, kinerja pendapatan Sulawesi Selatan tetap solid dan positif dalam menjaga pemilihan ekonomi dan melindungi masyarakat.