Fitch Pertahankan Peringkat RI, Perkirakan Ekonomi 2022 Tumbuh 5,2%

Ilustrasi - (foto by Pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Lembaga pemeringkat Fitch mempertahankan "Sovereign Credit Rating" Indonesia pada BBB dengan prospek (outlook) stabil. Peringkat tersebut berarti dalam skala layak investasi (investment grade).

Keputusan Fitch yang dirilis pada 14 Desember ini, mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah yang baik serta rasio utang Pemerintah terhadap PDB yang rendah. 

Pada sisi lain, Fitch melihat masih ada beberapa tantangan yang perlu direspons, yaitu penerimaan Pemerintah yang masih rendah serta beberapa indikator struktural seperti indikator tata kelola, yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara lain pada peringkat yang sama.

“Afirmasi rating Indonesia pada peringkat BBB dengan outlook stabil menunjukkan keyakinan kuat pemangku kepentingan internasional atas stabilitas makroekonomi dan prospek ekonomi jangka menengah Indonesia yang tetap terjaga," ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang dikutip dari laman BI, Kamis (15/12/2022). 

Kepercayaan dunia internasional ini menurut Gubernur BI, didukung oleh kredibilitas kebijakan yang tinggi dan sinergi bauran kebijakan yang kuat antara Pemerintah dan Bank Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi dan peningkatan risiko stagflasi seiring kenaikan suku bunga kebijakan secara global. 

Ke depan, katanya, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global dan domestik, merumuskan dan melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terjaganya stabilitas makroekonomi dan stabilitas keuangan, termasuk penyesuaian lebih lanjut stance kebijakan, serta terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional.

Pada laporan yang dirilis hari ini, Fitch menilai pemulihan ekonomi Indonesia akan berlanjut dan diperkirakan tumbuh 5,2% pada tahun 2022. 

Menghadapi permintaan global yang melemah, suku bunga yang tinggi, dan harga komoditas yang menurun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan tumbuh melambat menjadi 4,8%. 

Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 5,6% pada tahun 2024, didukung oleh dampak positif dari implementasi UU Cipta Kerja terhadap kenaikan investasi, serta komitmen pembangunan infrastruktur yang terus berlanjut, termasuk pembangunan ibu kota baru (IKN) di Kalimantan Timur.

Pada sisi eksternal, setelah mencatat surplus transaksi berjalan pada dua tahun terakhir, Fitch memperkirakan transaksi berjalan akan mencatat defisit sebesar 0,8% dari PDB pada tahun 2023. 

Penanaman modal asing (PMA) secara gradual diperkirakan terus meningkat, sehingga diharapkan dapat mendorong ekspor sektor manufaktur dan kelanjutan aktivitas hilirisasi. Terkait perkembangan harga, penerapan kebijakan moneter ketat diperkirakan mampu menurunkan inflasi sehingga mencapai kisaran sasaran 3%+1% pada akhir tahun 2023.