Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNM Lakukan Observasi Pendidikan di Sekolah Alam Bosowa
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sebagai salah satu sekolah yang
memiliki acuan sistem pendidikan berbeda, Sekolah Alam Bosowa (SAB) menjadi
destinasi Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar (UNM) untuk
melakukan observasi, Kamis (8/11/2018). Kegiatan ini untuk mengetahui proses
belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang mengusung tema alam dan fun
learning.
Mahasiswa UNM ingin mengetahui lebih rinci tentang model
kepemimpinan akademik kepala sekolah, inovasi metode pembelajaran, dan sarana
prasarana penunjang kualitas belajar. Kedatangan mahasiswa UNM disambut hangat
oleh Eko Ariyanto selaku Kepala Sekolah dan Education Develpoment.
Pertemuan ini pun diisi dengan diskusi mengenai sistem
pendidikan Sekolah Alam yang dibangun dengan pendekatan konstruksivisme dengan
berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist.
“Terdapat tiga hal yang menjadi pondasi dasar para pendidik
di sini ialah tidak boleh marah, menyuruh dan melarang siswa karena dapat
mengubur potensi anak untuk berkembang. Ketika anak dimarahi dapat menimbulkan
keraguan dalam diri anak, menyuruh dapat menurunkan mental anak, dan terakhir
melarang dapat membuat anak takut untuk mengemukakan ide dan menciptakan
inovasi,” ungkap Eko.
Selain itu, Eko juga menekankan bahwa di SAB, anak merupakan
objek. Jadi pendidik harus fokus pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Salah satu caranya dengan menyambut kedatangan siswa di
sekolah guna menciptakan ikatan emosional. Jadi, anak merasa diterima dan
menganggap sekolah layaknya rumah yang nyaman dan aman. “Bagi kami, kedua
tempat ini harus memiliki korelasi dan semangat yang sama,” kata Eko.
Setelah sesi diskusi, mahasiswa UNM mengunjungi tiap kelas
TK dan SD untuk memantau proses belajar mengajar yang berlangsung.
“Sekolah ini sangat menginspirasi, dibandingkan sekolah lain yang bersifat formal, Sekolah Alam menggunakan konsep yang menyenangkan terutama dalam proses belajar mengajar. Saya sangat terkesan dengan para guru yang tidak menyebut ‘anak-anak’ atau ‘murid’ melainkan dengan sebutan ‘teman-teman’. Ini akan membangun hubungan emosional dan menghilangkan sekat antara guru dan murid,” ungkap Edy Wardoyo, salah satu mahasiswa S3 UNM.(*)