KOLOM ANDI SURUJI - Kuliah Nurdin Abdullah dan Petuah Adam Smith

KOLOM ANDI SURUJI - Gubernur Sulawesi Selatan Prof
Nurdin Abdullah, ketika memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa,
dosen, dan pimpinan Universitas Bosowa, menggambarkan kondisi Indonesia,
khususnya Sulawesi Selatan, dan upaya mengatasinya.
Dalam kuliah bertajuk Percepatan Pembangunan Ekonomi
Sulawesi Selatan, Selasa 30 Oktober 2018 pagi itu, ia menegaskan pandangannya
bahwa orang Indonesia sebenarnya tidak layak miskin. Potensi sumber daya alam
besar, tetapi belum terkelola secara optimal untuk kesejahteraan bangsa. Begitu
pula di Sulawesi Selatan.
Saya setuju dengan pandangan profesor di bidang
pertanian, guru besar Universitas Hasanuddin dan mantan Bupati Bantaeng dua
periode itu. Kalau begitu, kesimpulan sementara, pemerintah belum sepenuhnya
melaksanakan kewajiban pemerintahan dan tanggung jawab publiknya.
Itu berarti kita bicara tentang petuah Adam Smith. Dalam
bukunya, Clintonomic$, Jack Godwin mengingatkan petuah Adam Smith (1723-1790),
filsuf Skotlandia dan penulis Wealth of Nation yang terkenal itu. Mengutip
Smith, Godwin menulis tiga tugas dasar pemerintahan adalah pertahanan,
keadilan, dan pekerjaan umum.
Hal itu, menurut Godwin, berarti pemerintah harus
melindungi masyarakat dari kekerasan dan serbuan asing; memelihara suatu sistem
hukum dan tatanan publik untuk melindungi setiap anggota masyarakat dari
anggota masyarakat lainnya; dan membangun infrastruktur publik untuk
mempermudah perdagangan, pendidikan, dan layanan lainnya yang bermanfaat tetapi
belum tentu mendatangkan keuntungan.
Dalam asumsi umum, pertahanan memang di wilayah tentara
dan polisi, sedangkan keadilan di area penegak hukum atau yudikatif. Akan
tetapi pemerintah (eksekutif) harus berada di tiga zona sekaligus, sesuai pesan
Adam Smith tersebut.
Pertahanan dan keadilan bukan saja berarti penegakan
hukum di wilayah hukum, ketika masyarakat beracara pidana dan perdata. Akan
tetapi, keadilan dan rasa adil harus selalu hadir sejak perencanaan pembangunan
hingga eksekusinya oleh eksekutif. Salah satu senjata pemerintah yang sangat
powerful dalam menegakkan keadilan dan memberi rasa adil rakyat ialah instrumen
fiskal. Itu harus dimulai dari kebijakan fiskal disusul implementasi yang
benar-benar berpihak pada kepentingan yang sebesar-besar untuk kemakmuran
rakyat.
Dalam hal ini, Nurdin Abdullah menegaskan visinya pada
level implementasi yang pragmatis. "Saya mengajak seluruh kepala daerah,
ayo kita utamakan belanja modal ketimbang belanja rutin kita. Misalnya kita
kurangi anggaran perjalanan dinas, alat tulis kantor dan sebagainya," katanya.
Belanja modal berarti investasi, pekerjaan umum yang
berarti infrastruktur. Tetapi harus diingat bahwa infrastruktur itu bukan saja
urusan jembatan dan jalan, tetapi mencakup sarana dan prasarana pertanian,
pendidikan dan kesehatan. Elemen ketiga dari pesan Adam Smith.
Kurangilah belanja barang, belanja rutin. Kurangi biaya
perjalanan dinas, kurangi rapat-rapat di luar kantor yang tidak perlu, kurangi
pembentukan tim-tim yang biasa dibentuk hanya untuk mengerjakan pekerjaan
rutinitas (job desc) namun menambah biaya karena harus dihonor.
Menurut Nurdin, di Sulawesi Selatan saat ini, terdapat
500 kilometer jalan rusak yang merupakan tanggung jawab pemerintah provinsi.
"Dalam tiga tahun, saya janji akan kita tuntaskan. Bicara pertumbuhan dan
percepatan pembangunan ekonomi tanpa jalan dan akses itu nonsen," katanya.
Ia pun mengungkapkan, banyak desa dan kecamatan di
wilayah ini yang memiliki potensi besar dikembangkan untuk peningkatan
kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat. Akan tetapi tidak terjadi karena
ketiadaan akses. "Menuju desa itu harus naik ojek tiga hari tiga malam,
nginap di hutan. Ongkos ojeknya termahal di dunia," ujar Nurdin prihatin.
Baiklah, Prof. Semoga Adam Smith di alam sana tidak menangis mendengar kisah anak negeri kita yang kaya raya potensi alam ini, namun masih banyak yang terbelenggu kemiskinan dan pemiskinan.
Seperti cuplikan angngarru menyambut tamu: Pada dirimulah rakyat ikut dan menggantukan harapan. Karena engkau (pemimpin) jarumnya, kamilah (rakyat) benangnya.
(Andi Suruji, Pemimpin Redaksi CELEBESMEDIA.ID)