Gaza Hancur: Kisah Pilu Warga Mencari Rumah yang Hilang

Kondisi Gaza yang hancur pasca dibombardir Israel - (foto by Xinhua / Antara)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Kondisi Gaza menunjukkan skala kerusakan yang masif, di mana seluruh distrik hancur menjadi puing. Mengutip Antara, Rabu (29/10), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan sekitar 92 persen dari seluruh bangunan tempat tinggal, atau sekitar 436.000 rumah di Gaza hancur sejak konflik meletus.

Pasca penarikan pasukan Israel dari beberapa wilayah Kota Gaza pada Jumat (10/10/2025) beredae rekaman yang dibagikan aktivis dan jurnalis di media sosial menunjukkan kehancuran infrastruktur secara parah. Rumah rata dengan tanah, fasilitas rusak, dan jalan-jalan yang dibuldoser.

Melansir Reuters, warga Palestina Amal Alyan dan anak-anaknya terlihat duduk di reruntuhan rumah mereka di Kota Gaza, Ahad (26/10/2025). 

Amal Taleb Alyan pergi meninggalkan rumah bersama keluarga untuk mengungsi akibat perang, namun tetap menyimpan kunci rumahnya agar suatu saat bisa kembali. Namun saat gencata senjata disepakati ia pun kembali dan berharap bisa kembali menempati rumahnya.

“Kami kembali, dan kami tidak menemukan rumah itu, kami bahkan tidak menemukan pintunya,” kata Amal dengan nada pilu.

Situasi serupa dialami Umm Mohammed Al-Adwi, yang menunjukkan kunci rumahnya di lingkungan Zeitoun sambil duduk di tenda darurat. Rumah yang hendak ditempatinya sudah menjadi puing dan hanya menyisakan kunci yang tersimpan di sakunya.

Beberapa warga Gaza memang memilih tingga di tenda pengungsian setelah mengetahui rumah mereka hancur seperti Umm Mohammed Al-Adwi, namun beberapa lainya tetap memilih tinggal di reruntuhan rumah mereka yang hanya menyisakan atap dan sebelah dinding saja. Amal Taleb Alyan salah satunya. Ia bersama anggota keluarga lainnya membenahi reruntuhan untuk tetap dapat ditinggali meskipun hasilnya masih jauh dari kata layak untuk dihuni.

Para ahli memperkirakan pembangunan kembali rumah-rumah yang rusak bisa memakan waktu hingga 2040, berlangsung selama beberapa dekade.

Kondisi ini menjadi pengingat pahit akan dampak konflik terhadap warga sipil, yang kini menghadapi tantangan berat dalam membangun kembali kehidupan mereka.