Israel Makin Brutal, 48 Ribu Warga Gaza Mengungsi Dalam 2 Hari

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk. Dalam dua hari terakhir, hampir 48.000 warga Palestina terpaksa mengungsi ke wilayah selatan akibat intensifikasi operasi darat militer Israel di Gaza City. Informasi ini disampaikan oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Selasa (18/
OCHA mengungkapkan bahwa sejak pertengahan Agustus hingga Senin (15/9), telah terjadi lebih dari 190.000 pergerakan pengungsi, sebagian besar dari mereka harus meninggalkan rumah dengan berjalan kaki. Biaya transportasi yang tidak terjangkau menjadi salah satu alasan utama di balik keputusan tersebut.
“Para mitra melaporkan bahwa keluarga-keluarga pengungsi, yang kerap dipimpin oleh perempuan dan warga lanjut usia, berjalan kaki hingga sembilan jam dalam cuaca panas ekstrem, sering kali tanpa alas kaki dan dengan anak-anak yang terluka,” ungkap OCHA dalam laporannya.
Sebagian besar pengungsi tiba di wilayah selatan tanpa membawa tempat tinggal yang memadai. Permintaan akan tenda keluarga melonjak tajam, terutama dari kelompok rentan seperti lansia, perempuan hamil, dan anak-anak.
Selama proses evakuasi, lebih dari 1.500 orang, termasuk lebih dari 900 anak-anak, telah menerima bantuan darurat. Bentuk bantuan yang disalurkan meliputi dukungan psikososial, air bersih, serta layanan medis. Meski begitu, kapasitas untuk menangani gelombang pengungsi terus diuji.
“Banyak di antara mereka yang tiba tanpa tempat tinggal, dan permintaan dari kelompok paling rentan untuk tenda keluarga semakin meningkat,” sebut OCHA.
Di tengah lonjakan jumlah korban dan pengungsi, fasilitas kesehatan menghadapi tekanan luar biasa. Rumah Sakit Al-Quds di Gaza City dilaporkan mengalami kerusakan serius akibat serangan udara di sekitarnya dan kini dialihfungsikan menjadi tempat penampungan darurat bagi keluarga-keluarga yang mengungsi.
Kondisi ini diperparah dengan hanya tiga dari enam pos medis yang masih beroperasi, semua dikelola oleh badan bantuan PBB.
Situasi di lapangan kian rumit karena penutupan perbatasan Zikim selama empat hari terakhir. OCHA menyebutkan bahwa misi pengiriman bantuan, termasuk bahan bakar dan obat-obatan, harus dibatalkan karena situasi keamanan yang tidak kondusif, kemacetan parah, dan aksi penjarahan.
Konvoi bantuan pun mengalami berbagai hambatan seperti penundaan dan risiko tinggi di perjalanan, yang menyebabkan banyak bantuan gagal sampai ke warga sipil yang paling membutuhkan.
“Meski menghadapi tantangan yang sangat besar dan pasokan yang semakin menipis, PBB dan mitra-mitra kemanusiaannya terus memberikan bantuan penyelamat nyawa serta layanan krusial di seluruh Jalur Gaza, di mana pun dan kapan pun itu memungkinkan,” tegas OCHA.
Sumber: Xinhua-Antara