Tanpa Perang, Pemuda Ini Mendirikan Negara Sendiri

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sebuah negara mikro baru yang mungkin belum banyak dikenal dunia didirikan di atas sebidang tanah tak bertuan di kawasan perbatasan Eropa Timur.
Menariknya, inisiatornya adalah seorang pemuda berusia 20 tahun asal Australia, Daniel Jackson, yang kini menjabat sebagai Presiden Verdis.
Mengutip CNN, wilayah Verdis terletak di sepanjang aliran Sungai Danube, tepatnya di antara Kroasia dan Serbia, di atas lahan seluas 125 hektare yang sebelumnya tidak diklaim oleh kedua negara akibat sengketa perbatasan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Wilayah ini juga disebut dengan nama "pocket three". Kini Verdis disebut-sebut sebagai negara terkecil kedua di dunia setelah Vatikan.
Jackson mengaku ide mendirikan Verdis sudah ada sejak ia masih berusia 14 tahun.
“Verdis adalah ide yang saya miliki saat berusia 14 tahun. Awalnya hanya sebuah eksperimen kecil dengan beberapa teman. Kami semua bermimpi menciptakan sesuatu yang gila,” ujar Jackson, dikutip dari The Guardian.
Akhirnya, pada 20 Mei 2019, Verdis secara resmi dideklarasikan sebagai sebuah negara mikro atau micronation. Model ini merujuk pada konsep negara kecil yang belum diakui secara internasional, seperti halnya Vatikan, yang menjadi salah satu inspirasi utama Jackson.
“Jadi kami yakin berhak atas hal itu [mikronasi] berdasarkan hukum internasional,” tambahnya.
Nama "Verdis" diambil dari kemiripan kata Latin viridis, yang berarti hijau. Hal ini menegaskan fokus awal negara ini pada isu-isu lingkungan.
Tak hanya mendeklarasikan wilayah, Verdis juga telah membentuk simbol kenegaraan lengkap, mulai dari bendera, kabinet pemerintahan, hingga mata uang sendiri. Bahkan, sudah ada lebih dari 400 warga yang mendaftarkan diri sebagai bagian dari Verdis.
Jackson juga menjelaskan bahwa pemerintahannya berjalan secara sukarela. Untuk mendukung keberlangsungan negara, Verdis membuka donasi, menjual merchandise, serta menawarkan program kewarganegaraan melalui investasi.
Pada Agustus 2025 ini, mereka berhasil mengumpulkan lebih dari US$37.000 (sekitar Rp600 juta) dari para pendukung yang sebagian besar merupakan penggemar mata uang kripto.
Setiap warga Verdis diberikan paspor simbolik, meskipun Jackson menegaskan bahwa dokumen tersebut tidak berlaku untuk perjalanan internasional.
“Ini adalah negara yang sangat kecil, jadi kami harus berhati-hati dalam mengizinkan siapa pun masuk,” katanya kepada SNSW, dikutip dari New York Post.
Meski awalnya diterima dengan baik oleh otoritas Serbia, keberadaan Verdis mendapat penolakan keras dari pihak Kroasia. Pada Oktober 2023, Jackson dan sejumlah warga Verdis sempat diusir oleh polisi Kroasia ketika mencoba menetap secara permanen di wilayah tersebut.
Kini, Jackson tinggal di Donver, Inggris, menjalani kehidupannya sebagai “presiden” dengan setelan jas dan dasi lengkap, serta bendera Verdis yang terpasang di ruang kerjanya.
Meskipun menghadapi banyak tantangan, Jackson tetap menunjukkan optimisme tinggi untuk masa depan Verdis.
“Ini masalah waktu, bukan apakah kita akan kembali ke tanah ini,” ucapnya.
Bagi Jackson, Verdis bukan sekadar eksperimen atau proyek masa muda, melainkan simbol dari mimpi dan keberanian untuk menciptakan sesuatu yang tak lazim.
“Secara kasat mata, Verdis adalah hamparan hutan. Tapi, ketika Anda menyadari bahwa Anda berada di negara yang Anda ciptakan sendiri, rasanya sungguh ajaib,” tutupnya.