Gunung Es Terbesar di Dunia Mulai Hancur, Ini Dampaknya

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Gunung es terbesar di dunia yang biasa disebut Gunung es A23a mulai hancur menjadi ribuan pecahan kecil setelah terjebak di perairan dekat kawasan suaka margasatwa di Antarktika.
Dari gambar satelit terbaru tampak proses hancurnya gunung es tersebut masih berlangsung. Melansir laman Live Science pada Senin (26/05/2025), para ilmuwan memperkirakan butuh waktu hingga bertahun-tahun hingga bongkahan es raksasa itu hilang dari lautan.
gunung es A23a memiliki luas permukaan sekitar 3.100 kilometer persegi, lebih besar dari wilayah negara Luksemburg.
Lempengan es raksasa ini pertama kali terlepas dari Lapisan Es Filchner-Ronne, sebuah bagian dari Antarktika bagian barat, pada 1986.
Namun, pergerakannya sempat terhenti karena bagian bawahnya tersangkut di dasar laut yang dangkal di Laut Weddell.
Selama lebih dari tiga dekade, Gunung es A23a tetap terdampar, hingga akhirnya mulai bergerak perlahan menjauh dari daratan Antartika pada Januari 2023.
Pada awal 2024 gunung es A23a kembali terjebak akibat pusaran laut besar atau eddy laut yang memperlambat pergerakannya.
Setelah beberapa bulan, A23a akhirnya melanjutkan pelayaran ke arah utara melalui Lintasan Drake, wilayah laut ganas yang dikenal sebagai "kuburan gunung es" karena banyak gunung es besar yang akhirnya hancur dan mencair di sini.
Namun, alih-alih hancur di tengah jalur itu, A23a terus bergerak ke arah timur laut menuju Georgia Selatan di Laut Scotia, dan pada Januari 2025 akhirnya mendekati pulau tersebut.
Pada Maret 2025, gunung es ini kembali terhenti, kali ini setelah menghantam dasar laut dangkal sekitar 100 kilometer dari pesisir barat daya Georgia Selatan.
Foto dari satelit Aqua milik NASA memperlihatkan bahwa tepi utara A23a mulai mengalami proses peluruhan atau yang dikenal sebagai edge wasting.
Meski belum menunjukkan retakan besar pada tubuh utamanya, para ahli memperkirakan A23a akan terus menyusut secara bertahap. Dominasi A23a sebagai gunung es terbesar di dunia kemungkinan tidak akan bertahan lama.
Ancam Ekologis
Kehadiran gunung es raksasa di dekat kawasan pesisir, terutama yang kaya akan keanekaragaman hayati seperti Georgia Selatan, menimbulkan kekhawatiran ekologis. Para ilmuwan menyebut bahwa massa es besar seperti ini dapat menghalangi jalur migrasi hewan laut, termasuk penguin dan anjing laut.
Dampak lainnya lelehan es dalam jumlah besar dapat mengubah suhu, kadar garam, serta arus lokal di perairan sekitar, yang berdampak pada plankton dan rantai makanan laut lainnya.
Menurut organisasi konservasi BirdLife International, South Georgia merupakan rumah bagi banyak satwa liar, seperti anjing laut dan burung laut, termasuk lebih dari 2 juta penguin. Tidak ada manusia yang menetap di pulau itu, selain beberapa peneliti yang tinggal sementara.
Namun kehadiran gunung es besar ini dapat menjadi masalah bagi spesies ini, terutama penguin yang bala terganggu pola migrasinya.
Meski begitu, sebagian ilmuwan memandang kehancuran A23a juga bisa membawa manfaat ekologis. Pelepasan mineral dan nutrisi dari lelehan es yang mengandung zat besi, misalnya, dapat menjadi pupuk alami yang merangsang pertumbuhan fitoplankton, organisme dasar dalam rantai makanan laut.