Warga Gaza Kecam Tewasnya 6 Jurnalis Akibat Serangan Israel

Warga Gaza kecam tegasnya 6 jurnalis Al Jazeera - (foto by Antara)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Ratusan warga Palestina, termasuk keluarga, rekan kerja, dan masyarakat umum, hadir untuk mengantar kepergian enam jurnalis yang tewas dalam serangan udara Israel sehari sebelumnya.

Jenazah para jurnalis dibungkus kain kafan dan bendera Palestina, diturunkan ke liang lahat diiringi isak tangis dan doa. Kesedihan mendalam menyelimuti pemakaman, yang berlangsung hanya beberapa jam setelah malam pengeboman paling intens dalam beberapa pekan terakhir.

“Mereka adalah mata dan telinga kami,” ujar Om Nidal, seorang ibu empat anak di Gaza City. “Mereka mendokumentasikan kehancuran dan menjadi suara kami. Kini mereka telah tiada.”

Para jurnalis yang gugur antara lain:

  • Anas al-Sharif (koresponden Al Jazeera, Gaza City)
  • Mohammed Qreiqeh (koresponden Al Jazeera, Gaza Utara)
  • Ibrahim Zaher (fotografer jurnalistik)
  • Momen Aliwa (fotografer jurnalistik)
  • Mohammed Noufal (asisten juru kamera)
  • Mohammed al-Khalidi (jurnalis lokal)

Mereka tewas ketika sebuah serangan udara menghantam tenda tempat mereka bekerja. Menurut keterangan pertahanan sipil Gaza, ledakan tersebut membakar seluruh isi tenda hingga jenazah dan peralatan tidak dapat dikenali.

“Peristiwa itu sangat mengerikan. Hampir tidak ada yang tersisa dalam kondisi utuh,” ungkap Mahmoud Basal, juru bicara pertahanan sipil Palestina, dikutip dari Xinhua.

Hamas mengecam serangan tersebut sebagai “terorisme kriminal” terhadap para pekerja media. Sementara itu, Hussein al-Sheikh, pejabat Otoritas Palestina, menyebut tindakan itu sebagai “kejahatan perang dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional.”

Pihak militer Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan Anas al-Sharif, yang mereka tuduh sebagai anggota senior Hamas. Namun, Al Jazeera membantah keras tuduhan tersebut.

“Ini adalah serangan terang-terangan yang telah direncanakan terhadap kebebasan pers,” tegas pernyataan resmi Al Jazeera. Mereka juga menuduh Israel menghasut kekerasan terhadap wartawan mereka, menekankan bahwa semua staf mereka tengah menjalankan tugas jurnalistik.

“Kami sadar risikonya, tl2w33api Kehilangan Ini Terlalu Besar”

Di halaman Rumah Sakit Al-Shifa, rekan-rekan media berkumpul untuk salat jenazah. Wafaa Helles, seorang jurnalis yang turut mengungsi, menyampaikan bahwa kehilangan ini memberikan pukulan besar terhadap komunitas media di Gaza.

“Kami menyadari bahaya meliput di zona perang,” ujarnya kepada Xinhua. “Namun kehilangan enam rekan dalam satu malam adalah pesan jelas bahwa bahkan pers pun menjadi sasaran.”

Korban Jurnalis Terus Bertambah

Menurut data dari Kantor Media Pemerintah Gaza, hingga hari ini, sebanyak 238 jurnalis telah tewas sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023. Angka ini menjadi simbol betapa berbahayanya menjadi jurnalis di wilayah konflik terbuka seperti Gaza.

Malam sebelum pemakaman, penduduk Gaza mengalami salah satu pengeboman paling intens. Serangan udara dan tembakan artileri menghantam kawasan Gaza City, Khan Younis, Shuja'iyya, al-Tuffah, dan al-Zaytoun.

“Kami tidak bisa tidur,” ujar Nelly al-Masri, warga yang mengungsi di pusat Gaza. “Ledakan datang dari segala arah. Kami tidak tahu apakah kami akan bertahan hingga pagi.”

Sumber: Antara

Tags : Palestina Israel