Krisis Gizi Gaza Meningkat: Lebih 100 Anak Meninggal Akibat Malnutrisi

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza terus memburuk. Sejak dimulainya konflik Israel-Palestina pada Oktober 2023, lebih dari 100 anak dilaporkan meninggal dunia akibat malnutrisi. Fakta memilukan ini disampaikan oleh Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) dalam laporan terbarunya, Senin (11/8).
“Angka kematian anak-anak akibat malanutrisi yang telah melampaui 100 orang di Gaza merupakan tonggak tragis yang memalukan dunia dan menuntut tindakan mendesak yang sudah lama tertunda,” tegas OCHA.
Menurut data Program Pangan Dunia (WFP), lebih dari 300.000 anak di Gaza saat ini berada dalam kondisi berisiko tinggi. Bahkan, lebih dari sepertiga penduduk melaporkan tidak makan selama beberapa hari berturut-turut.
WFP juga menyebutkan bahwa kebutuhan minimum bantuan pangan kemanusiaan di Gaza mencapai lebih dari 62.000 ton setiap bulannya. Sayangnya, hingga saat ini, distribusi bantuan masih sangat terbatas.
“Pihak kemanusiaan belum mendapat izin untuk membawa pasokan yang cukup demi mendukung kelangsungan hidup dua juta penduduk Gaza,” lanjut laporan tersebut.
Pada Minggu (10/8), PBB dan mitra-mitranya berhasil mengumpulkan sejumlah bantuan, termasuk makanan, bahan bakar, dan perlengkapan kebersihan dari pos perlintasan Kerem Shalom atau Karem Abu Salem. Namun, tragisnya, sebagian besar muatan itu dibongkar sebelum sempat mencapai lokasi tujuan.
Sementara itu, otoritas Israel hanya mengizinkan sekitar 150.000 liter bahan bakar masuk setiap hari—angka yang dinilai jauh dari cukup untuk mendukung operasi penyelamatan jiwa.
Akibat kekurangan bahan bakar, lebih dari setengah armada ambulans di Gaza dilaporkan tidak lagi beroperasi. Hal ini diungkapkan oleh Badan Pertahanan Sipil Palestina, yang menyebutkan bahwa krisis logistik telah melumpuhkan sistem layanan darurat.
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) sebelumnya mengingatkan bahwa hanya sekitar 1,5 persen lahan pertanian di Gaza yang masih dapat diakses dan belum rusak. Kondisi ini menandakan hampir seluruh sistem pangan lokal telah hancur.
Situasi ini menggambarkan kehancuran total dari ketahanan pangan masyarakat, membuat Gaza semakin bergantung pada bantuan luar yang jumlahnya pun tak mencukupi.
Dalam sesi khusus Dewan Keamanan PBB, Minggu (10/8), Ramesh Rajasingham, Direktur Divisi Koordinasi OCHA, menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai “melampaui kata mengerikan.”
Rajasingham juga menyampaikan keprihatinannya terhadap perpanjangan konflik dan laporan pelanggaran hukum perang. Ia menyebut bahwa “semua jalur kehidupan yang masih tersisa di Gaza kini berada di ambang kehancuran akibat serangan yang terus berlangsung, pengungsian paksa, dan tingkat bantuan penyelamatan nyawa yang tidak memadai.”
Sumber: Antara