Protes Hubungan dengan Israel, 28 Karyawan Google Dipecat

Google - (foto by Pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Google memecat 28 pegawainya atas keterlibatan mereka dalam aksi duduk 10 jam di dua kantor raksasa teknologi itu di California dan New York, sebagai bentuk protes atas hubungan perusahaan tersebut dengan Israel.

Aksi protes tersebut digelar pada Selasa (16/4) yang dipimpin sebuah kelompok dengan sebutan No Tech For Apartheid.

Mereka menentang Proyek Nimbus, sebuah kontrak penyimpanan awan senilai 1,2 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 19,4 triliun dengan Israel.

Menanggapi hal itu, pihak Google pada Rabu (17/4) memutuskan untuk memecat 28 pegawainya yang dituduh ikut serta dalam aksi tersebut.

“Malam ini, Google tanpa pandang bulu memecat lebih dari dua lusin pekerja, termasuk mereka di antara kami yang tidak berpartisipasi langsung dalam protes bersejarah yang berlangsung selama 10 jam di dua wilayah pesisir kemarin,” menurut sebuah unggahan di X oleh No Tech For Apartheid.

Chris Rackow, kepala keamanan global Google, menekankan kebijakan nol toleransi perusahaan terhadap perilaku pengunjuk rasa dalam memo yang dikirimkan kepada seluruh karyawan yang juga beredar di media sosial.

“Perilaku seperti ini tidak mendapat tempat di tempat kerja kami dan kami tidak akan membiarkannya,” ujarnya.

"Setelah adanya penyelidikan, hari ini kami memutuskan hubungan kerja dengan dua puluh delapan karyawan yang diketahui terlibat. Kami akan terus menyelidiki dan mengambil tindakan jika diperlukan,” tambahnya.

Sebagai tanggapan, No Tech For Apartheid mengutuk tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai "tindakan pembalasan yang mencolok".

"Tindakan pembalasan yang mencolok ini adalah indikasi nyata bahwa Google lebih menghargai kontrak senilai 1,2 miliar dolar dengan pemerintah dan militer Israel yang melakukan genosida dibandingkan pekerjanya sendiri,” kata kelompok tersebut.

Pemecatan tersebut, yang terjadi hanya beberapa jam setelah polisi menahan sembilan karyawan selama protes duduk di Sunnyvale, California, dan sebuah kantor di New York, telah menimbulkan gelombang kontroversi di dalam dan di luar perusahaan.

Sumber: ANTARA mengutip Anadolu