KOLOM ANDI SURUJI: Messi dan 'The Winner Takes It All'

Lionel Messi - (foto by @fifaworldcup/instagram)

LEO namanya. Ya, Leo. Rasi bintang dari zodiak itu digambarkan dengan singa. Disebut si raja hutan, tidak takut binatang lain. Pemberani di medan perang berabad-abad lalu pun dijuluki singa perang.

Apalah arti sebuah nama, kata penyair Inggris terkemuka Shakespeare. Tetapi bagi banyak orang, nama adalah harapan, doa yang suci. Sebagaimana sucinya ketika seorang bayi dilahirkan ke dunia ini. 

Inilah Leo dalam arti sesungguhnya yang akan diulas dalam tulisan ini. Ya, Lionel Andres Messi, nama lengkapnya. Disingkat Lionel Messi. Biasa juga disebut Leo Messi.

Nama Leo berkaitan dengan kelahirannya. Pada umumnya, orang yang lahir dalam rentang waktu dari tanggal 23 Juli sampai 22 Agustus dikategorikan berzodiak Leo. 

Sementara Leo Messi lahir pada 24 Juni 1987 di Rosario, Argentina. Dalam astrologi barat, orang yang lahir di tanggal 24 Juli berada dalam naungan zodiak Leo dan di bawah pengaruh planet Matahari.

Orang yang berzodiak Leo digambarkan memiliki sifat menyenangkan, percaya diri, dan terbuka. Mereka sangat pintar membawa diri dan menghidupkan suasana sehingga mudah menarik perhatian. 

Karakter dan sifat zodiak Leo lainnya ialah selalu penuh semangat, optimis, mudah bergaul, dan cerdas dalam mengambil keputusan. 

Apakah Messi memiliki semua itu? Rasanya iyalah ya. Namun, mereka juga terkenal memiliki sifat egois dan mendominasi. Nah, sifat egois ini sepertinya tidak terlihat pada Messi. Atau setidaknya tidak menonjol lagi. 

Ia justru sering mengalah, tahu diri sehingga keputusan dan tindakannya terukur. Di lapangan, dalam pertandingan. Ia lebih supportif. Memberi kesempatan kepada rekan timnya yang memang lebih berpeluang menciptakan gol sebagai tujuan akhir pertandingan. 

Dalam pertandingan penentuan juara Piala Dunia 2022 melawan Prancis, di Stadion Lusail, Messi memang tidak bisa menyembunyikan intuisi bolanya. Benar-benar seperti singa di lapangan hijau yang kelaparan gol. Mengejar mangsanya (bola) untuk disarangkan ke gawang kiper lawan.

Sebagai kapten tim, pemain kidal berjuluk La Pulga itu juga menunjukkan kepemimpinan yang kuat di lapangan. Ia memimpin pertempuran hidup-mati pasukannya. Dan berhasil menghancurkan harapan Prancis mempertahankan gelar juara yang diraih 2018 di Rusia. 

Hasil itu juga sekaligus mengantarkan impian Messi menjadi pemain yang paling paripurna dalam karier sepakbola. Meraih semua gelar terbaik secara individu maupun secara tim.

Tujuh kali meraih Ballon d'Or adalah bukti kehebatan Messi. Sebagai Kapten tim, bersama pasukannya, ia berhasil menghapus kerinduan rakyat Argentina. Kembalinya piala yang digagas Jules Rimet, Presiden FIFA 1930, itu ke tanah Argentina

Messi dan kawan-kawan membuat terjadinya impian itu, the dream comes true. Mengakhiri penantian 36 tahun. Membahagiakan sekitar 47 juta jiwa rakyat Argentina yang tengah dilanda persoalan ekonomi parah. 

Ia pun dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia FIFA 2022 di Qatar. Dihadiahi Golden Ball Award.  

Sekaligus ia memuncaki gunung prestasi sepakbola. Cabang olahraga paling banyak ditonton umat manusia. 

Ia kalah jumlah, selisih satu gol, dari Kylian Mbappe. Kapten tim Prancis ini mencetak dua gol di babak utama, satu di babak perpanjangan waktu, plus satu di saat adu penalti. Ia pun dihadiahi Adidas Golden Foot Award sebagai top scorer. 

Leo Messi akhirnya berdiri di panggung utama sepakbola dunia. Di tengah sorot lampu terang, hampir akhir malam langit Qatar. Juga sorot mata miliaran pasang mata di seluruh penjuru planet bumi. 

Ia tersenyum bahagia dengan prestasi paripurna. Mengenakan jubah hitam tradisional Arab. Memimpin rekannya mengangkat Piala. 

Sementara lawannya, sesama pemain klubnya di Ligue 1 Paris Saint-Germain, dan kapten tim Prancis, Kylian Mbappe, meringis. Terluka perasaannya.

Sebagai manusia, sangat wajar ia memiliki rasa kecewa. Ia telah mati-matian mencetak gol sebanyak mungkin untuk kehormatan Prancis, negara yang membesarkannya. Luas biasa, mencetak empat gol. 

Sayangnya dua algojo penedang adu penalti Prancis gagal menyarangkan bola ke gawang Argentina yang dikawal Emiliano Martinez. Dialah akhirnya meraih Golden Glove Award. 

Tetapi Leo (Singa) Messi juga tidak bisa membohongi dirinya soal fisik, endurance (daya tahan). Ia pun sadar tentang faktor alamiah. Manusia memiliki batas. Karena itu, ia telah menyatakan Piala Dunia 2022 di Qatar, bakal yang terakhir baginya. 

Enough is enough. Cukup ya cukuplah. Tahu diri adalah sikap bijak. Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya. Messi sudah lebih dari cukup. Bahkan sempurna dan telah memberikan segalanya. Untuk dirinya, klub dan rekan-rekannya, negara dan bangsanya. 

Seperti syair lagu: The Winner Takes It All (pemenang membawa semua), the loser's standing small (yang kalah berdiri kecil). Beside the victory (di samping kemenangan) that's her destiny (itulah takdirnya).