Home > PSM

KOLOM ANDI SURUJI: Membakar Spirit Ewako PSM di Fort Rotterdam

MENDUNG. Awan tebal menggelantung di atas Fort Rotterdam, Kota Makassar, Kamis (14/11/2025) sore. Dan akhirnya air mata langit itu pun tumpah. 

Deras sekali. Bumi dan Benteng Panynyua basah. Tetapi tidak lama, hujan reda. Awan pekat pun mulai terurai. Bergeser cepat meninggalkan kesenduan.

Pelatih baru PSM Makassar, Tomas Trucha tiba. Pakai topi dan jas hitam, disusul semua pemain yang berseragam kaos hitam bertuliskan "rooster from the east" (ayam jantang dari timur).

Suara gendang ditabuh bertalu-talu. Membelah senja yang kelabu. Seorang lelaki Makassar berpakaian tradisional khas daerah berwarna merah menyetop langkah Tomas.

Ia memulai ritual angngarru', tradisi ritual menyambut tamu kehormatan. Mengucapkan salam penerimaan, janji sakral menjaga sang tamu di Butta Mangkasara, serta harapan membawa berkah dan kebaikan bagi rakyat Makassar. Semua penuturannya dalam Bahasa Makassar.

"Owh nice.." ujar Tomas sembari mengangguk ketika saya jelaskan secara singkat makna angngarru kepadanya.

Setelah pemain duduk tenang, disuguhkan atraksi a'raga (memainkan bola raga, semacam bola takraw yang terbuat dari rotan). Enam pemain raga menunjukkan keterampilannya memainkan bola seperti pemain sepakbola yang sedang melakukan juggling. 

Atraksi lebih memukau ketika pa'raga itu memainkan bola raga yang didalamnya terdapat api menyala. Sesekali bola rotan yang berapi itu ditendang tinggi lalu ditadah dengan passapu, pembalut kepala segitiga dengan ujung lancip menjulang. Atraksi itu berkali kali mendapat aplaus dari Tomas dan pemain lainnya.

Penulis buku Satu Abad PSM Mengukir Sejarah, Dr M Dahlan Abubakar yang juga jurnalis senior, dan salah satu saksi perjalanan sejarah PSM dihadirkan untuk mencetitakan pengalamannya bersama PSM.

Ia memaparkan bahwa PSM bukan sekadar sebuah klub. PSM adalah harga diri, harkat dan martabat masyarakat Sulsel. Para pemainnya berkarakter kuat, keras, menanamkan spirit dan kultur siri' na pacce dalam jiwanya. 

Teriakan ewako bukan sekadar ucapan kosong. Ewako mengandung makna yang luas dan dalam. Pemicu semangat tarung pantang kendor, apalagi menyerah.

Spirit siri' na pacce dan ewako itulah tervisualisasikan pada perahu pinisi sebagai logo lambang PSM. Pinisi adalah karya besar manusia Bugis-Makassar. Dirancang tangguh menghadapi gelombang samudera. Berlayar lintas benua dan samudera.

Pencapaian itu dapat diraih karena awak-awak pinisi adalah manusia-manusia tangguh yang menempatkan siri' na pacce dan ewako sebagai  komitmen dan ideologi untuk meraih harapan.

Ditampilkan pula tari tradisional pepe-pepe ka ri makka. Diiring musik dan syair-syair pujian. Para lelaki pemberani menari penuh kelembutan dan penghayatan. 

Penari menjilatkan lidah-lidah api di tangan sampai lengannya. Tidak terbakar. Bahkan penari-penari itu pernah bilang terasa sejuk saja jilatan api itu. Bulu-bulu tangan pun tak terbakar.

Anggarru' a'raga, pinisi, pepe-pepe, adalah karya budaya bangsa besar Bugis-Makassar. Slogan siri' na pacce maupun ewako adalah ungkapan verbal berbasis kultural juga. Semua itu tersimbolisasikan secara inheren dalam rumah besar bernama PSM Makassar.

Permainan raga berikut atraksinya mengingatkan makna keterampilan dan teknik yang harus dipunyai setiap pemain bola. Pa'raga saling dukung bersusun bermakna semua pemain harus saling mendukung secara tim. Satu orang tidak suportif maka strategi permainan tim pasti berantakan. 

Pinisi berlayar memberikan makna kecerdasan membaca tantangan (lautan luas dan badai) untuk ditaklukkan (lawan). Disertai keberanian bertarung pantang menyurutkan biduk kembali walau menghadapi badai. Petarung.

Takkan ada seorang pun awak pinisi yang akan sengaja membocorkan perahunya. Berani menjadi awak pinisi berarti siap memikul segala risiko. 

Pinisi berlayar bukan sekadar perahu, alat dan tempat cari makan. Tetapi harga diri dalam setiap suka maupun duka yang harus dibela. Karena seperti prinsip para pelaut, awak pinisi, tak ada badai yang tak akan berlalu. Bersabarlah.

Simbolisasi tarian pepe-pepe mencerahkan pikiran akan makna pentingnya manusia bersih hati, tidak berniat buruk, rendah hati, tidak besar kepala, menjaga emosi, waspada dan fokus agar tidak terbakar api kesombongan dan karakter buruk lainnya.

Pujian sakral berserah diri kepada Sang Maha Kuasa, seperti syair pengiring tarian, begitulah makna terdalam yang berinternalisasi pada diri setiap penari. Begitulah juga selayaknya inheren dalam diri setiap pemain bola.

Nilai siri' na pacce, harkat dan martabat, dijadikan ideologi dan komitmen. Spirit ewako adalah nafas kehidupan dalam jiwa petarung setiap insan PSM.

Dari Benteng Rotterdam, semoga lahir  semangat baru ewako PSM Makassar, seperti berkali-kali mereka teriakkan membelah mendung yang menggelantung sore itu.