Aksa Mahmud 80 Tahun, Incepto Ne Desistam

Oleh : Andi Suruji
MENCAPAI usia 80 tahun dalam kondisi sehat dan bugar, tak banyak pantangan, adalah anugrah Allah Subhanahu Wataala yang amat patut disyukuri.
Tidak banyak orang yang dapat mencapai usia sederet hitungan itu. Rata-rata usia harapan hidup penduduk Indonesia, menurut data BPS hanyalah sekitar 72 tahun 4 bulan 20 hari.
Aksa Mahmud, alhamdulillah, pada hari ini, 16 Juli 2025, genap berusia 80 tahun.
Satu dari sekian banyak hikmah dan pelajaran paling penting dipetik dari Pak Aksa, begitu ia disapa akrab, adalah semangat bekerja dan memikirkan kebaikan masyarakat, bangsa, dan negara yang terus membara. Dia letakkan itu di atas kepentingan perusahaan dan pribadinya sekalipun.
Suatu waktu, peserta rapat sudah menunggu hampir satu jam. Tiba-tiba ia datang melongok ke dalam ruangan rapat. "Lanjutkan rapat. Saya ada panggilan negara, lebih penting," kata mantan Wakil Ketua MPR itu.
Sebagai saudagar Aksa Mahmud telah mencapai puncak karier wirausaha dengan Group Bosowa. Berkali-kali dimasukkan sebagai Top 100 bahkan pernah Top 30 orang paling kaya Indonesia oleh Majalah Forbes.
Sebagai politisi ia mencapai puncak karier jabatan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah. Sebagai negarawan, ia menduduki kursi Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Ia memang undur diri dari manajemen Bosowa. Tetapi ia tak pernah berhenti berpikir dan bertindak untuk meningkatkan kesejahtetaan dan kualitas sumbet daya manusia Sulawesi Selatan, daerah kelahiran dan lahan ia menyemai benih gurita bisnis Bosowa.
Tak ubahnya gunung api. Aksa yang mantan aktivis dan wartawan yang pernah ditahan aparat keamanan gara-gara berita, seolah menyimpan energi besar. Dahsyat, menyala tak kunjung padam. Kadang hanya redup sesaat karena sunnatullah yang mengharuskan ia rehat sejenak dari aktivitas rutinnya.
Pak Aksa pun tak ubahnya gelombang samudera, ombak di lautan luas yang terus bergerak. "Tidak ada capeknya tubuh dan otak kalau kita memikirkan dan mengerjakan kebaikan. Untuk kita maupun untuk orang lain. Karena ada energi yang otomatis menggerakkan, mendorong kita," ungkapnya pada suatu saat.
Terus berpikir dan berdzikir adalah kunci rahasianya. Sebagaimana ia canangkan jadi prinsip usahanya: kerja keras, terus belajar, dan berdoa, di Grup Bosowa, yang ia dirikan lebih 52 tahun silam di Makassar.
Tak heran kalau Pak Aksa masih mampu berenang setengah lingkaran pulaunya, Pulau Panambungan dengan pelampung yang dililitkan di pinggangnya. Atau berenang jauh ke tengah laut di Pantai Indah Bosowa.
Ia adalah putra ombak. Laut di Lapasu, desa kecil di Kabupaten Barru, tempatnya bermain semasa kecil hingga remaja, adalah saksinya. Laut menjadi dunianya, sekaligus sahabatnya.
Bagi orang lain, berlayar dari Bali ke Makassar menggunakan yatch tentu berisiko besar bagi seumuran Pak Aksa. Ketika niatanya itu terdengar oleh anak-anaknya, jelas bikin "panik".
Ia menggenggam erat prinsip Bugis, toddo puli temmalara'. Sesuatu yang diniatkan (dengan baik), pantang tergoyahkan. Tetapi jangan salah. Di antara kolega dan termasuk kapten kapal pun mabok dihantam gelombang besar dalam pelayaran itu.
"Pak Aksa tidak mabok, biasa saja. Bapak ketawai kita semua," ujar Rama Yuniar, Direktur Bosowa Wisata, perusahaan pengelola Pantai Bosowa dan Pulau Panambungan, sambil geleng kepala keheranan, mengenang pelayaran itu.
Jangan pernah beralasan Pak Aksa sudah berumur sehingga ia tidak pantas lagi diajak mengunjungi pabrik atau lokasi proyek yang sedang dikerjakan. Walaupun itu di lokasi yang aksesnya berat.
"Andi Suruji, melihat satu kali jauh lebih baik daripada mendapat laporan seribu kali," katanya.
Tidak mengagetkan kalau di tengah presentasi menjelaskan sesuatu pekerjaan kepadanya, lantas tiba-tiba ia berkata, "oke, segera jadwalkan kita pergi lihat pekerjaanmu."
Sebenarnya, bukan karena Pak Aksa tidak percaya anak buah. Tapi itulah cara dia memberi motivasi agar semangat kerja terus menyala, bergelora pada diri setiap insan Bosowa.
Sebagai founder usaha yang bermula dari sebuah CV (Commanditaire Vennootschap) Moneter, yang kemudian membesarkannya hingga menancapkan jaringan bisnis di seluruh penjuru nusantara, tentulah Pak Aksa tak ubahnya "dewa' di mata karyawan. Setiap perintah adalah titah yang harus dilaksanakan. Tetapi "dewa" ini juga selalu punya sisi lain, sikapnya yang juga bijak.
Jika ada perintahnya yang tidak bisa segera dilaksanakan, ajukan argumentasi yang logik. Ia bisa terima. "OK kalau begitu. Argumentasimu dapat diterima. Anda lulus," begitu biasa berkata dalam nada canda tapi serius.
Tetapi jangan sekali-kali memberi alasan yang hanya sekadar pembenaran semata. Kita bisa malu sendiri. Argumentasi Pak Aksa bisa jauh lebih kuat. Maklum, latar belakang pemikiran sungguh jauh. Wawasannya tentu saja luas. Akumulasi pengalamannya amat banyak dan panjang.
Karena itu, ia selalu memotivasi generasi pelanjut Bosowa untuk terus memikirkan inovasi agar perusahaan tidak mengalami stagnasi. Pak Aksa ingin pengembangan Bosowa berbasis teknologi dan digital sesuai perkembangan zaman yang dinamis.
"Pikirkan apa yang belum dikerjakan orang lain. Itulah inovatif. Kalau orang lain sudah kerjakan baru kamu pikir, itu follower namanya. Tidak akan mampu mengungguli orang lain," katanya.
Ia sebenarnya menganjurkan dan mengajarkan cara membangun daya saing yang unggul. Harus ciptakan persaingan, bukan permusuhan. "Kau tidak akan unggul kalau tidak ada persaingan," ujarnya.
Itulah sebabnya di usia lanjutnya, ia sangat concern mengembangkan usaha pendidikan dan kesehatan. Dua sektor ini diyakininya sebagai basis yang harus kuat untuk mencetak manusia unggul yang mampu bersaing dan inovatif mengatasi tantangan zaman.
Kesehatan prima Pak Aksa di usia 80 tahun, juga tak lepas dari kebiasaannya bersilaturahmi dan berbagi. Di masjid, di kebun, di pantai, di bandara, dan kantor adalah ruang-ruang silaturrahmi bagi Pak Aksa yang nyaris tanpa batas. Tangannya amat gesit merogoh kantong untuk berbagi keberkahan, terutama pada golongan masyarakat bawah dan anak-anak.
Rapat penting pun tidak harus di kantor. Kadang di pantai atau di kebun. Bahkan ke negeri seberang pun ia datangi sahabat lamanya untuk sekadar bersilaturahmi. "Orang Bugis bilang saro mase. Berbuat baik dan bersilatrahmi itu memperpanjang usia," katanya.
Sudah lama Pak Aksa mundur dari manajemen Bosowa. Karena ia memang telah mempersiapkan generasi pelanjutnya. Itulah sebabnya semua anaknya, Erwin, Sadikin, Melinda, Atira, dan Subhan, harus ke luar negeri belajar di universitas terbaik.
"Dahulu ada banyak, lebih dua puluh tokoh pengusaha, saudagar besar dan sukses di Sulsel ini. Tetapi usahanya tidak berkembang di tangan generasi kedua. Saya pelajari. Ternyata mereka tidak mempersiapkan generasi pelanjutnya dengan baik," katanya.
Jika perjalanan bisnis Pak Aksa dikuadrankan, maka semua kuadran telah dilaluinya; perdagangan, industri, keuangan, dan jasa (hospitality).
Begitupun dalam kuadran kehidupan yang lebih luas; bisnis, keagamaan, pemerintahan/kenegaraan, filantropis (sosial kemasuarakatan).
Intuisi bisnisnya masih amat tajam. Gagasan pengembangan usaha yang belum terpikirkan anak muda Bosowa, bisa tiba-tiba diungkapkan secara tak terduga. Intuisi bisnis ini tidak bisa diajarkan, tetapi bisa dipelajari dari cara dan gaya Pak Aksa berbisnis, yang memang telah terbukti secara proven.
Frasa Latin bilang: incepto ne desistam (jangan berhenti dari apa yang telah dimulai). Itu juga prinsipnya. Kekalahan atau kegagalan baginya adalah kesuksesan yang tertunda.
Selamat ulang tahun Pak Aksa.
Andi Suruji,
Pemimpin Umum Tribun Timur
Pemimpin Redaksi CelebesMedia.id