Harga Kian Mahal, Pengamat Curiga Ada Mafia Impor Beras

Beras - (foto by freepik)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Harga beras semakin tidak terkendali sejak Januari lalu. Kondisi ini membuat pedagang dan masyarakat resah terlebih mendekati Ramadan.

Kondisi ini tidak hanya terjadi Makassar, sebagian besar wilayah Indonesia juga mengalami hal serupa.

Di Makassae, beras kualitas premium ukuran 25 kilogram menembus harga Rp410.000 jika beli secara eceran per kilogram seharga Rp16.000. Sedangkan jenis medium Rp14.000 per kilogram.

Pengamat Ekonomi, Firman Menne menilai alasan cuaca yang menyebabkan stok beras menurun tampaknya kurang tepat. Pasalnya berdasarkan catatan Badan Pangan Nasional, Stok beras awal tahun mencapai angka 6,71 juta ton. Ia menegaskan angka tersebut cukup besar dan masih mencukupi untuk kebutuhan konsumsi Indonesia.

Dosen Universitas Bosowa ini mengatakan kebijakan pemerintah mengimpor beras yang justru menimbulkan gejolak harga beras di pasaran. Kebijakan tersebut  seolah tak menghargai usaha petani untuk memenuhi stok beras hingga Ramadan, dan berpotensi menimbulkan persaingan harga di pasaran.

"Kebijakan pemerintah untuk melakukan impor beras sebaiknya dihentikan dulu untuk menghindari persaingan harga di pasaran, karena disinyalir bahwa kebijakan impor beras inilah yang menjadi pemicu terjadinya gejolak harga beras di pasaran," jelas Firman Menne.

Firman Menne justru curiga akan adanya mafia impor beras  dengan menimbun beras lokal yang menjadi dalang dari kenaikan harga beras tak terkendali.

"Pemerintah sudah menandatangani kontrak impor beras dengan Thailand sebesar 2,7 juta ton dan India 1,3 juta ton, hal ini bisa dianggap ada mafia impor beras, sehingga memicu terjadinya kenaikan beras di tengah masyarakat," tandasnya

"Kemungkinan lain yang biasanya memicu kenaikan harga beras adalah adanya permainan harga beras oleh pengusaha beras apalagi menjelang bulan Ramadan," lanjut Firman Menne

Pekan kemarin, pemerintah telah membuka opsi untuk mengimpor beras dari Thailand pada tahun ini dengan jumlah yang fantastis yaitu 2 juta ton. Alasan impor beras menurut pemerintah sebagai solusi akibat menurunnya stok beras saat ini.

"Ini bisa jadi (langkah) antisipasi melalui rakornas dan ratas, tentunya dengan persetujuan presiden dan menteri. Tahun lalu 2,8 juta ton, tahun ini rencananya 2 juta ton, tetapi kalau misalnya produksi dalam negeri cukup berarti impor itu tidak jadi," kata Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional Sarwo Edhy mengutip Antara, Senin (19/2) lalu

Lebih jauh Firman Menne mengatakan harga beras yang tak terkendali dan tidak diimbangi dengan naiknya pendapatan dapat memicu stres masyarakat. Tidak hanya ibu rumah tangga, bahkan akan berdampak pada usaha kecil misalnya warung makan.

"Ini akan meningkatkan stres pada masyarakat. Bisa meningkatkan angka kriminalitas seperti pencurian sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tadi. Kenaikan ini biasanya akan diikuti dengan kenaikan harga makanan di warung makan, restoran dan sebagainya," tutupnya.

Laporan : Riski