Pengamat: Libur Nasional Bisa Bawa Rp1,5 Triliun ke Makassar

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Rencana libur nasional pada Senin, 18 Agustus 2025, berpeluang memberikan stimulus positif terhadap perekonomian Sulawesi Selatan, khususnya di sektor pariwisata dan konsumsi masyarakat. Hal ini diungkapkan pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Makassar, Sutardjo Tui.
“Libur nasional, secara nasional itu ada kaitannya dengan perpindahan penduduk. Artinya kalau dia terjadi perpindahan penduduk yang biasa disebut dengan wisatawan, baik mancanegara maupun lokal, regional, itu punya dampak pada perputaran uang,“ kata Sutardjo saat diwawancarai, Selasa (12/8/2025).
Ia menjelaskan bahwa aktivitas wisatawan, baik domestik maupun internasional, akan mendorong belanja konsumtif di berbagai sektor seperti kuliner, perhotelan, dan transportasi. “Kalau ada wisatawan, berarti ada uang yang dia bawa, kemudian dia pakai untuk konsumtif. Dia makan, tinggal di hotel, transportasi. Oleh sebab itu, kalau libur nasional pasti punya dampak pada tingkat perputaran uang yang meningkat,” jelasnya.
Sutardjo memproyeksikan, apabila momentum libur panjang ini dimanfaatkan optimal, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perekonomian lokal.
“Kalau kita hitung dengan angka, masing-masing orang datang ke Sulsel ini, berkunjung ke Makassar, minimal (misalkan) bawa uang Rp5 jutaan, kalau 300 ribu orang kan Rp1,5 triliun,” paparnya.
Namun ia menekankan, keberhasilan ini sangat bergantung pada kesiapan dan kualitas pelayanan dari pihak pemerintah daerah.
Menurutnya, peran pemerintah sangat vital, terutama dalam memastikan kenyamanan dan pengalaman wisatawan sejak mereka tiba di bandara maupun terminal.
“Terminal kedatangan di bandara misalnya adakan dong kunjungan pegawainya pada saat rombongan orang berdatangan, apakah resmi tidak resmi, kenapa kita tidak sedikit memberikan layanan apakah dia punya welcome drink gratis kah, sarapan gratis kah, sehingga berikutnya setiap ada libur nasional orang akan teringat daripada dia ke Bali (misalnya) mendingan ke Makassar,” beber Sutardjo.
Ia menyarankan agar bandara, terminal, hingga dinas pariwisata menyiapkan pelayanan ekstra, termasuk sambutan khusus, informasi wisata, dan promosi kuliner lokal.
Selain sektor pariwisata, pelaku industri juga bisa mengambil peran. Sutardjo mendorong perusahaan manufaktur untuk mengatur ulang ritme produksi menjelang libur panjang.
“Misalnya pabrik. Pabrik kan tahu tiga hari libur, nah buatlah produksinya lebih bagus, lebih meningkat dari yang biasanya. Karena akan libur tiga hari karyawannya. Atau kalau tetap melakukan produksi, harus ada insentif, dan karyawan juga mau kalau dikasih lembur,” urainya.
Dengan skema ini, lanjutnya, baik produsen maupun konsumen sama-sama diuntungkan. Karyawan termotivasi karena mendapat tambahan penghasilan, sementara perusahaan bisa tetap menjaga pasokan produk di tengah potensi lonjakan permintaan.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan geliat positif sektor pariwisata Sulawesi Selatan. Pada Juni 2025, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) mencapai 1.959 kunjungan, tumbuh 79,40 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Sementara wisatawan nusantara (wisnus) mencatatkan peningkatan sebesar 17,61 persen secara tahunan, menjadi 3.699,29 ribu perjalanan. Peningkatan signifikan juga terlihat pada kedatangan melalui Bandara Sultan Hasanuddin yang melonjak 87,01 persen menjadi 13.429 kunjungan.
Namun, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang justru mengalami penurunan. Pada Juni 2025, TPK tercatat hanya 42,99 persen, turun 9,22 poin dibandingkan Juni 2024. Ini menandakan bahwa peningkatan kunjungan belum sepenuhnya berdampak pada sektor perhotelan kelas atas.
Sebagai perbandingan, pada Agustus 2024, jumlah wisman justru menurun 6,85 persen dari bulan sebelumnya, menjadi 1.427 kunjungan. Namun, TPK hotel berbintang justru meningkat menjadi 54,59 persen pada bulan itu.
Secara kumulatif, periode Januari–Agustus 2024 mencatatkan pertumbuhan signifikan untuk wisatawan nusantara, yakni mencapai 24.659,89 ribu perjalanan atau naik 37,5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dengan prediksi akhir pekan panjang pada 16–18 Agustus 2025, momentum ini bisa menjadi peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Namun, seperti yang disampaikan Sutardjo, keberhasilannya bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menghadirkan pengalaman terbaik bagi wisatawan.
"Kalau setiap libur kita bisa suguhkan layanan yang berkesan, orang akan datang kembali. Dan itu akan jadi promosi yang tidak kita bayar," pungkasnya.
Laporan: Rifki