KOLOM ANDI SURUJI : Cerita Metaverse dan Ngantor di Warkop (1)

. Selasa, 14 Desember 2021 13:07
Ilustrasi - (int)

TIGA hari lalu, beredar berita bahwa pendiri Microsoft, Bill Gates mengatakan jangan kaget, tiga tahun lagi Anda mulai berkantor di Metaverse. Kehadiran  Metaverse semakin dekat seiring banyaknya perusahaan yang bersiap untuk membuka kantor mereka di platform tersebut. 

Ada dua hal yang membuat Metaverse lebih cepat terwujud. Pertama, setelah raksasa Facebook mengumumkan langkah mereka untuk berfokus di platform tersebut. Kedua, karena pandemi Covid-19 yang membuat banyak karyawan harus Work From Home (WFH).

Metaverse adalah platform yang menyediakan ruang rapat dan pertemuan raksasa secara virtual bagi perusahaan. Karyawan tidak perlu datang ke kantor, tetapi bisa meeting dan bertemu langsung di dunia virtual Metaverse.

Beberapa perusahaan bahkan sudah mulai membuat “kantor pusat” di platform Metaverse seperti Decentraland dan Cryptovoxels.

"Dalam dua atau tiga tahun lagi, saya memprediksi rapat virtual akan berubah dari gambar di kamera yang sifatnya 2D menjadi 3D. Kita akan rapat dalam bentuk avatar digital di sebuah ruang tiga dimensi,” ujar Gates.

Ia meyakini, karyawan akan lebih nyaman rapat virtual di Metaverse. "Di Metaverse Anda bisa berinteraksi seperti sedang rapat offline. Misalnya menggunakan motion capture dan teknologi audio spatial. Sehingga, benar-benar terasa nyata,” ujarnya.

Microsoft sendiri berinvestasi di platform Metaverse. Bulan lalu mereka merilis Mesh, yakni platform virtual untuk pekerja berkolaborasi di Metaverse menggunakan avatar 3D. Sebelumnya, Meta (Facebook) juga sudah membuka platform metaverse Horizon Worlds ke umum. 

Google, Microsoft, dan Meta akan mendorong pengembangan Metaverse mereka di 2022, terutama dengan adanya varian Omicron. "Pandemi ini membuat revolusi besar, bagaimana perusahaan berpikir tentang produktivitas dan kehadiran di kantor,” ujarnya.

Mejalah The Economist pun menyebutkan tahun-tahun mendatang adalah New Reality. Bukan new normal. Realitas baru yang bakal dihadapi dengan segala perubahan cepat akibat pandemi Covid-19 yang beraneka rupa implikasinya. 

Termasuk soal bagaimana karyawan tetap tinggi, kehadiran (di kantor) yang harus dikurangi, dan karyawan tetap sehat terhindar dari positif Covid. Sebuah laporan menyebutkan, 74 persen perusahaan di Eropa memikirkan work from home (WFH). 

Kalau dipikir-pikir, Metaverse tentu bukan saja untuk perusahaan. Instansi pemerintah dan pelayanan publik pun tentu bisa juga "ngantor" di platform tersebut. 

Saya tertawa geli membaca artikel ini, sembari menyeruput kopi panas di tengah hujan deras dan angin kencang. Cuaca begini biasa juga menjadi kambing hitam bagi pegawai untuk tidak hadir di kantor. 

Mereka para pemilik dan top executive perusahaan sibuk memikirkan keselamatan karyawan, berpikir keras tentang pengembangan dan investasi teknologi super canggih seperti Metaverse itu. 

Pada sisi lain pegawai pemerintahan dan karyawan swasta mungkin santai-santai saja. Ngopi dan ngerumpi di warung kopi dengan alasan jitu meeting. 

Pegawai kantoran instansi pemerintah maupun swasta di kota saya, Makassar, telah lama, bahkan jauh sebelum merebaknya pandemi Covid-19, sudah banyak yang tidak merasa perlu hadir secara fisik di kantornya. Cukup datang "ceklek" di mesin pencatat presensi di pagi hari dan pada saat jam pulang kantor. Hasilnya akan kelihatan betapa rajin karyawan itu hadir dan pulang on time, tepat waktu. 

Padahal telah lama mereka sudah berkantor di warung kopi. Coba kunjungi warkop. Akan mudah dijumpai pegawai berseragam institusinya yang sedang rapat, ngopi dan ngerumpi.

Semua itu memudahkan untuk bekerja. Tetapi, maaf, hanya berlaku bagi pekerja yang benar-benar profesional, komitmen kuat, tanggung jawab besar. Mereka malu menerima gaji, tetapi makan gaji buta karena produktivitas payah.

Di sini, kalau bisa tidak bekerja tapi mendapat gaji setiap bulan, mengapa harus kerja. Walaupun sudah diatur cuti 12 hari kerja dalam setahun, tetapi banyak karyawan yang kurang sportif.

Dalam sebulan, ada aja alasannya tidak masuk kantor. Tetangga kawinan, ponakan sunatan, gak enak ndak datang. Pompa air ngadat, banjir mengepung perumahan, semua jadi alasan untuk tidak ngantor. 

Sejak mulai bekerja, saya sudah mengamati perilaku seperti itu. Bahkan sudah waktunya saya pensiun, perilaku seperti masih ada. Ya bekerja (tanggung jawab) seadanya tetapi berharap bahkan menuntut gaji (hak) sepenuhnya. Antekamma caritana...

Download aplikasi CELEBESMEDIA.ID di Appstore dan Playstore.

Follow dan Add juga Sosial Media CELEBESMEDIA.ID di Instagram, Twitter, Facebook & Youtube.