Harga Beras Turun Tajam, Strategi Rahasia Bulog Bikin Inflasi Terkapar

CELEBESMEDIA.ID, Makassar — Siapa sangka, beras yang selama ini jadi biang kerok inflasi, justru menjadi "pahlawan" penahan lonjakan harga di September 2025.
Di tengah gejolak harga pangan global, langkah taktis Perum Bulog melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) berhasil menjadi pengendali harga beras nasional.
Menurut rilis terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan per September 2025 tercatat hanya 0,21 persen secara nasional. Menariknya dari data ini menunjukkan komoditas berasyang kerap menjadi pemicu utama inflasi malah mencatat deflasi sebesar 0,13 persen per September 2025.
Artinya, beras justru memberikan kontribusi negatif terhadap inflasi, dengan andil 0,01 persen. Fakta ini membuktikan strategi pemerintah bukan hanya tepat sasaran, tapi juga efektif menstabilkan pasar.
Sementara berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional pada Senin (6/10), harga beras kualitas premium mau pun medium secara nasional terus menunjukkan tren penurunan di tingkat konsumen.
Pada Agustus 2025, tercatat harga beras kualitas medium Rp14.474 per kilogram. Beras premium Rp16.196.
Angka ini turun pada September. Beras medium menjadi Rp13.944 per kilogram sedangkan beras kualitas premium masih tetap Rp16.196 per kilogram.
Namun memasuki Oktober, sepekan terakhir, beras kualitas medium mau pun premium sama-sama turun. Bapanas mencatat beras medium turun menjadi Rp13.865 dari Rp14.474 saat Agustus lalu. Sedangkan beras premium juga turun dari Rp16.196 menjadi Rp15.996 per kilogram.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, menegaskan bahwa masifnya penyaluran beras SPHP menjadi fondasi keberhasilan pengendalian harga beras di pasar
Bulog mencatat realisasi penyaluran SPHP sepanjang September mencapai 143.866 ton, naik signifikan 59 persen dibanding Agustus. Angka ini menjadi rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Suyamto menyebut lonjakan ini sebagai bukti konkret efektivitas strategi Bulog.
"Fakta bahwa beras memberikan andil negatif terhadap inflasi membuktikan bahwa intervensi pemerintah melalui Bulog berjalan efektif," ujarnya, dikutip dari Antara, Senin (6/10).
Penurunan harga beras disebut tidak hanya didorong distribusi, namun juga berkat panen raya. Sampai awal Oktober 2025, total penyaluran beras SPHP mencapai 462 ribu ton atau 30 persen dari target nasional 1,5 juta ton untuk tahun ini. Dengan tren penyaluran yang terus meningkat, Bulog optimistis harga beras akan tetap stabil hingga akhir tahun.
Momentum ini menjadi sangat krusial sebab akhir tahun biasanya diwarnai lonjakan permintaan. Namun dengan stok cukup dan distribusi terencana, Bulog meyakini tekanan harga dapat diredam.
“Dengan strategi distribusi yang tepat, Bulog optimistis tekanan harga beras menjelang akhir tahun 2025 dapat terkendali,” tutup Suyamto.