Ibu-ibu Longwis Houston Raup Untung dari Eceng Gondok

Pengrajin Eceng Gondok, Salma - (foto by Darsil Yahya)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Eceng gondok selama ini merupakan salah satu jenis tumbuhan liar yang hidupnya mengapung di air dan dianggap sebagai gulma.

Namun melalui tangan kreatif ibu-ibu anggota Kelompok Bunga Capo Craft Kelurahan Sambung Jawa, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, eceng gondok diolah menjadi produk kerajinan tangan seperti tas, topi placemat bundar atau alas piring yang bernilai ekonomi.

Ketua Kelompok Pengrajin Bunga Capo Craft, Salma mengatakan membuat kerajinan dari eceng gondok dengan nama Latin eichhornia crassipes ini sejak 2018 lalu.

"Kerajinan ini terbuat dari eceng gondok yang kebanyakan orang mengganggap hanya tanaman liar tapi bagi kami eceng gondok ini bisa menghasilakan uang," ucap Salma kepada CELEBESMEDIA.ID saat ditemui di Longwis Houston , Jalan Tanjung Lereh RT 03, RW 06, Selasa (1/11/2022).

Tak hanya topi, tas, topi placemat, lanjut Salma, dia dan 9 orang anggotanya juga membuat pot bunga, tutup bosara dan bantalan kursi. Harganya pun bervariatif, mulai dari Rp35 ribu hingga Rp200 ribu tergantung ukuran dan tingkat kesulitannya.

"Tas yang kecil harganya ada Rp75 ribu, kalau semakin besar ada Rp100 ribu, Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. Pot Bunga Rp100 ribu, palcemat Rp25 ribu sampai Rp50 ribu tergantung ukuran," ucapnya.

Sedangkan harga bantalan kursi Rp100 ribu, bosara Rp75 ribu hingga Rp100 ribu dan topi Rp100 ribu.

"Keuntungan yang kita dapat itu dari produk itu mencapai 100 persen. Misalnya modal Rp75 ribu bisa jadi Rp150 ribu. Kalau modal Rp100 ribu bisa jadi Rp200 ribu," bebernya.

Meski demikian perempuan 53 tahun ini mengungkapkan proses pembuatannya lumayan panjang karena eceng gondok harus dikeringkan selama 1 minggu.

Jika kering eceng gondok disetrika sampai pipih kemudian eceng gondok dipotong seperti bahan anyaman. Setelah itu anyam satu persatu dan rangkai menjadi bentuk yang diinginkan.

"Setelah terbentuk, harus disemprot anti jamur biar produknya tidak jamuran," jelasnya.

Selama ini, Salma mengaku mengambil eceng gondok di wilayah Jalan Batua Raya dan dekat Tol Ir Sutami atau wilayah Lantebung. Namun, kerap kali ia juga membeli eceng gondok tersebut jika sudah mulai langka. 

"Kalau eceng gondoknya langka biasa kita beli Rp20 ribu perkilo. Meskipun langka kita tetap beli agar usaha terus berlanjut," tandasnya.

Sementara, untuk pemasarannya Salma mengaku masih di jual secara online baik WhatsApp (WA) maupun Facebook (FB).

"Bahkan dari dinas-dinas juga ada yang pesan. Kemarin Dinas Koperasi Makassar pesan setengah lusin bantalan kursi. Tapi dari keseluruhan produk, placemat yang paling banyak dipesan orang," tandasnya.

Ia berharap kedepan usaha kerajinannya terus meningkat serta yang memesan bukan hanya di wilayah Makassar saja melaikankan bisa keluar Sulawesi Selatan.

"Harapan kami sebagai pengrajin bagaimana usaha kita ini bisa laku bukan hanya di wilayah Makassar, tapi bisa juga tembus di wilayah lain di Indonesia. Serta kita juga dibina mulai dari segi pengelolaan hingga tampilan produk yang lebih bagus dan menarik," pungkasnya.

Laporan: Darsil Yahya