BI Ungkap 5 Sektor Kunci Dongkrak Ekonomi Sulsel 2025
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Wahyu Purnama (batik navi) - (foto by Rini)
CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Ekonomi Sulawesi Selatan diproyeksikan tetap tumbuh solid pada 2025. Hal ini disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Wahyu Purnama, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2025 di Makassar. Menurutnya, ketahanan ekonomi Sulsel dapat dipertahankan berkat lima sektor utama yang terus bergerak konsisten di tengah tekanan global.
Wahyu menekankan bahwa kekuatan ekonomi daerah sangat bergantung pada sinergi lintas lembaga dan kebijakan yang mendukung stabilitas harga.
“Kalau kita ingin menjaga pertumbuhan yang berkualitas, maka sinergi dan stabilitas inflasi harus menjadi pegangan bersama,” ujar Wahyu saat wawancara bersama awak media di Hotel Claro, Jumat (28/11) malam.
Ia optimistis Sulsel mampu mencatat pertumbuhan 4,7–5,7 persen pada 2025, dan berpotensi naik menjadi 5–5,8 persen pada 2026.
Wahyu juga mengungkapkan pertanian menjadi tulang punggung ekonomi Sulsel dengan kontribusi pangsa sekitar 21 persen. Ia menegaskan peran strategis sektor ini bagi wilayah Indonesia Timur.
“Sulsel itu pemasok pangan untuk Sulawesi, Maluku, Papua, dan sebagian Kalimantan. Pangsa distribusinya mencapai 30 persen,” jelasnya.
Program kemandirian benih dinilai penting untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah.
Pertumbuhan sektor perdagangan menunjukkan tren positif berkat membaiknya aktivitas konsumsi masyarakat. Perdagangan menjadi pilar kedua kunci pertumbuhan ekonomi Sulsel.
“Daya beli yang kembali pulih membuat perdagangan bergerak lebih cepat. Perputaran barang dan ritel meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya,” kata Wahyu.
Stabilitas harga menjadi faktor penentu agar momentum ini dapat bertahan.
Sementara sektor industri pengolahan tetap mencatat kinerja stabil, terutama pada industri makanan dan minuman yang ikut terdongkrak oleh naiknya produksi pertanian.
“Ketika hasil pertanian meningkat, industri pengolahan langsung ikut merespons. Ini rantai yang saling menguatkan,” tuturnya.
Wahyu meyakini sektor ini akan semakin berkembang dengan masuknya investasi baru dan dorongan hilirisasi.
Pilar keempat yakni konstruksi, menjadi salah satu sektor yang terus tumbuh karena pembangunan infrastruktur dan penguatan layanan publik di berbagai wilayah Sulsel.
“Perbaikan fasilitas dan proyek strategis membuat aktivitas konstruksi tetap hidup. Ini bukti kolaborasi pemerintah dan pelaku ekonomi berjalan baik,” ungkapnya.
Sektor ini juga memberikan efek ganda ke berbagai lapangan kerja dan investasi lokal.
Meskipun kontribusinya lebih kecil dibanding empat sektor lain, pertambangan tetap membantu menstabilkan struktur ekonomi daerah.
“Pertambangan memang bukan sektor terbesar, tetapi perannya tetap penting dalam menjaga arus pendapatan daerah,” terang Wahyu.
Ia menekankan bahwa pengelolaan yang berkelanjutan perlu menjadi fokus agar sektor ini tetap memberi nilai tambah bagi daerah.
Di akhir wawancara, Wahyu menutup menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga, sistem pembayaran yang andal, serta integrasi kebijakan antar-instansi.
“Optimisme ini harus jadi energi kita bersama. Sulsel punya modal besar untuk tumbuh lebih kuat dan lebih tangguh,” pungkasnya.
