Omzet Menjanjikan, Satu Keluarga di Makassar Jualan Bendera

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Satu keluarga di Jalan Kerung-Kerung, Kelurahan Barana, Kecamatan Makassar, ramai-ramai memanfaatkan momen HUT Kemerdekaan RI menjadi pedagang bendera musiman.
Keluarga ini berjualan bendera di beberapa titik Makassar mulai Jalan Kerung-Kerung, Jalan DR Sam Ratulangi, hingga area Kantor TVRI Jalan Kakatua.
Yuli salah satunya. Ia mengaku telah berjualan bendera musiman selama sepuluh tahun di Jalan Dr Sam Ratulangi, Makassar.
“Sekeluarga berjualan. Saudara saya yaitu adik, kemudian tante, mama, dan saudara mama,“ ungkap Yuli saat ditemui CELEBESMEDIA.ID Kamis siang (31/7).
Bendera yang dijual oleh keluarga ini bervariasi tergantung model dan harganya. Mulai bendera rumahan seharga Rp25-35 ribu, umbul-umbul Rp35-50 ribu, baliho dan background mulai Rp200 ribu, hingga bendera satin mulai Rp300 ribu.
Menurut Yuli, alasan Ia dan keluarganya memilih menjadi pedagang bendera musimam dikarenakan omzet yang menjanjikan.
“Karena omzetnya lumayan, per hari paling kecil Rp800 ribu, paling banyak Rp3-4 juta,“ bebernya.
Yuli berjualan bendera musiman selama dua minggu, Ia mulai memajang bendera jualannya sejak tanggal 20 Juli hingga sehari jelang HUT Kemerdekaan RI.
Latar belakang Yuli yang seorang ibu rumah tangga dengan usaha rumah jahit bahkan membuatnya memproduksi bendera jualannya sendiri, kendati tidak dalam jumlah besar.
Menurutnya, produksi bendera jahit miliknya selalu meningkat setiap tahunnya jelang bulan Agustus. Bendera tersebut dijual kembali oleh sebagian anggota keluarganya, sebagian lainnya dijual secara langsung juga online.
“Produksi ya meningkat (jelang Agustus). Kalau menjahitnya dari bulan Januari, itu kan dicicil-cicil sampai bulan Juli. Menjahitnya banyak, gak hitung, ada sekitar berapa bal. Kalau begitu habis, ambil lagi, ada waktu luang, jahit lagi,“ urai Yuli.
Yuli mengungkapkan tak ada persaingan di antara anggota keluarganya kendati mereka sama-sama berjualan bendera. “Persaingan kalau di keluargaku tidak ada sih. Mungkin saling cerita terkait penjualan siapa yang paling tinggi, selebihnya tidak ada.“
Sebagai ibu rumah tangga dengan usaha rumah jahit, berdagang bendera musiman hanya dimanfaatkan Yuli sebagai sambilan.
“Paling dipakai jalan-jalan (hasil jualannya), rencana mau jalan-jalan lagi ke Malino. Begitu saja. Setelah bendera ini, paling jahit-jahit, permak-permak di rumah, Yuli Taylor, saya sendiri dibantu saudara,“ pungkasnya.
Lain halnya dengan Yuli, saudaranya yakni Ayu telah berjualan di sebuah toko semi permanen yang berdiri sejak tahun 90an di Jalan Kerung-Kerung. Ayu mengaku berjualan bendera sebulan penuh hingga akhir Agustus atau pada puncak pesta rakyat.
Omzet penjualan bendera dalam sehari ungkap Ayu mencapai Rp3 juta, angka tersebut belum temasuk peak season seperti pada tanggal 1 Agustus atau 16 Agustus.
“Ramainya itu tanggal 1 Agustus karena setiap 1 Agustus sudah diimbau naikkan bendera, jadi ramai. Kayak sekarang juga sudah mulai (ramai) karena persiapan,“ ujar Ayu.
Ayu memasarkan benderanya juga secara online melalui WhatsApp dan Facebook. Beberapa langganannya bahkan merambah ke instansi di antaranya sekolah-sekolah, kantor keungan, hingga Dinas Perkebunan.
“Jualan online turut membantu penghasilan, kebanyakan yang pesan keluarga dan teman terus dikirim ke daerah Sulsel kayak Selayad dan Maros.“
Adapun omzet yang dihasilkan Ayu kemudian digunakan untuk pemodalan sekaligus membiayai empat orang anaknya.
Laporan: Rikfi