Pembeli Merosot, Ismail Jual Buah di Media Sosial

. Kamis, 29 November 2018 21:34
Penjual buah, Ismail - (Dewi)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Tak jauh dari Benteng Rotterdam, Makassar, hanya berjalan kaki beberapa meter untuk sampai di Pasar Kampung Baru, jalan WR Supratman, salah satu pasar tua di kota ini.

Di Pasar Kampung Baru yang akrab disebut Pasar Baru, sejumlah pedagang cuma duduk menunggu pembeli datang ke lapak dagangannya yang mereka tunggui. Ada juga saling bertukar cerita sesama pedagang untuk membunuh rasa jenuh. 

Ismail (28), salah satu pedagang buah mengatakan, pembeli kadang ramai kadang sepi. Yang pasti, kian hari semakin merosot, dan datang hanya langganan.

Sebelum berdagang buah, Ismail adalah pekerja mekanik di salah satu bengkel  las di kota Makassar. Dua tahun lalu ayahnya meninggal dan ia menggantikan posisi ayahnya yang memang pedagang buah di Pasar itu sekitar 20 tahun lamanya. 

Ismail berangkat dari rumahnya di Daya pagi-pagi buta dan sampai di Pasar Kampung Baru pukul 06.00, sebab pembeli kadang ramai setiap paginya. "Kalau jam enam pagi saya sudah di sini karena pagi-pagi banyak pembeli" lanjut Ismail. 

Dua tahun berdagang buah menggantikan ayahnya, pembeli kian merosot. Kondisi itu tak membuatnya menyerah. Ia cari akal, menyiasati keadaan. Dia bernisiatif memutar roda usaha dagangnya dengan memanfaatkan media soaial, seperri whatsApp dan facebook. 

Di sana dia menjajakan dagangannya secara online, membagikan info jualannya kepada teman-temannya dan juga untuk memperbanyak langganan. Langganannya terutama pegawai kantoran yang ada di dekat Pasar Baru tersebut. 

Setiap pekerjaanya punya cetrita, suka dan dukanya sendiri. Ada pula risiko yang harus dihadapi, bahkan kadang harus dipikul.

“Suka duka jualan buah memang ada, sukanya kita dicari terus... ya namanya buah sangat banyak dibutuhkan. Dukanya kalau buah yang cepat masak bisa juga cepat membusuk,” katanya.

Pamasok buah langganannyapun dari  barbagai daerah, seperti dari kabupaten Soppeng. Ia juga memiliki langganan untuk buah impor yang diambilnya di daerah Kima, Daya, Makassar. Dia lebih memilih membawanya dengan menggunakan roda dua ketimbang diantar ke tempatnya karena memerlukan waktu yang lama. 

“Kalau saya pergi ambil sendiri buahnya saya bonceng pake motor karena kalau diantarkan lama,” kata Ismail.  

Inisiatif berjualan online yang didapatnya pun bermula ketika melihat situasi dan kondisi pembeli yang kian hari merosot. Dan juga zaman telah serba online. 

“Untuk berjualan online inipun melihat saman sekarang yang memang telah serba online dan juga pembeli. Liat meki sepi,” katanya sambil menunjuk dagangannya. 

Dalam penjualan online, Ismail sendirilah yang menjadi kurir untuk mengantarkan pesanan kepada pembeli yang memesan buah melalui online. Penghasilan yang didapatkan rata-rata Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu rupiah tiap harinya.

“Saya sendiri juga yang antar ke pembeliku kalau ada yang pesan. KeuntunganDan rata-rata penghasilan saya dapat 150 ribu rupiah atau bisa jadi lebih. Itu bersih mi,” ujar Ismail.

Tags :