Bahaya, Ini Dampak Buruk bagi Anak yang Menyaksikan KDRT

Ilustrasi - (foto by pixabay)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Kekerasaan Dalam Rumah Tangga (KDRT)  tidak hanya  berupa serangan fisik saja, namun penganiayaan secara emosional juga mental terjadi pada anggota keluarga.

Parahnya KDRT ini ternyata tidak hanya berdampak pada memburuknya hubungan antara pasangan suami istri.

Anak yang menjadi saksi KDRT juga akan merasakan dampak psikologis. Meski pun tidak menjadi korban KDRT tapi anak yang menyaksikan KDRT yang dilakukan orangtuanya bisa jadi akan mengalami gangguan mental jika dibiarkan.

Psikolog Kartika Cahyaningrum menjelaskan jika dampak KDRT ini tentu akan dirasakan oleh smeua angkota rumah rumah tangga.

“Bahaya KDRT dalam rumah tangga tentu saja yang paling pasti dan terlihat yaitu luka fisik yang diderita oleh pasangannya maupun anaknya. Selain luka fisik tentu saja KDRT juga meninggalkan luka psikologis berupa trauma pada diri korbannya. Trauma tersebut bisa menyebabkan berbagai luka psikologis seperti menciptakan rasa takut, cemas, kehilangan rasa percaya pada orang lain, hingga depresi, dan berbagai luka psikis lainnya,” jelasnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Kamis (13/10/2022).

Bahkan menurut Kartika, dampak KDRT terhadap anak bisa lebih parah dari yang diperkirakan. Berikut ini merupakan dampak jangka panjang bagi anak yang menyaksikan KDRT menurut psikolog yang bekerja di LPPT Widya Prasthya Makassar ini.

1. Ikut Melakukan Kekerasan

Dampak psikologis yang terjadi pada anak sangat fatal. Anak yang pernah menjadi korban KDRT atau yang pernah menyaksikan KDRT lambat laun akan meniru apa yang dilihatnya.

“Anak adalah peniru yang unggul ya. Jadi ketika anak melihat tindakan kekerasan di rumah, bisa jadi anak akan menerapkan kekerasan tersebut di luar rumah. Banyak kasus anak-anak menjadi pelaku bully maupun pelaku "klitih" atau "begal" karena didalam rumahnya sering terjadi KDRT,” kata Kartika.

2. Trauma

 Dampak lainnya yaitu anak menjadi trauma. Hal ini membuat anak menjadi enggan berhubungan dengan lawan jenisnya jika anak di dalam rumah tersebut memliki jenis kelamin yang berlawanan dengan pelaku KDRT.

“Ada kemungkinan anak menjadi tidak percaya dengan orang yang memiliki jenis kelamin yang sama denganpelaku KDRT. Misalnya anak lelaki kehilangan kepercyaan dan enggan bergaul dengan lelaki karena di rumah bapaknya melakukan KDRT pada ibunya dan dirinya,” lanjutnya.

Pemicu KDRT biasanya terjadi sebagai bentuk reaksi seseorang saat menghadapi konflik yang berarti KDRT itu merupakan hasil dari ketidakmampuan seseorang dalam mengelola emosinya.  Tentunya saja ini dapat dicegah dengan belajar mengolah emosi agar masih dapar diredam sebelum sempat melakukan KDRT.