Situasi Memburuk, 97 WNI Dievakuasi dari Iran

Sejumlah WNI yang dievakuasi sampai ke Kota Astara di perbatasan Iran-Azerbaijan, Sabtu (21/6) malam - (foto by Kemlu RI)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memastikan evakuasi WNI dari Iran menyusul pemburukan situasi keamanan akibat serangan rudal Israel dan kemudian Amerika Serikat.

Pemulangan para WNI dari Iran dilakukan secara bertahap pada Senin (23/6).

“Rencana penerbangan tahap pertama dilakukan dengan pesawat komersial pada Senin, 23 Juni, dan tiba di Jakarta pada 24 Juni,” kata Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, Minggu (22/6).

Judha menyatakan bahwa Kemlu terus memonitor sejumlah 97 orang yang telah diseberangkan dari Iran ke Azerbaijan sebelum pemulangan ke tanah air. Ia memastikan mereka sudah dalam kondisi aman di Baku.

Mereka yang dievakuasi tersebut terdiri dari dari 93 WNI, 3 staf kedutaan, dan 1 warga negara asing, yaitu warga negara Iran pasangan WNI.

Direktur di Kemlu itu juga memastikan bahwa pihaknya terus memonitor perkembangan situasi pasca-serangan Amerika Serikat ke fasilitas nuklir Iran pada Sabtu (21/6) untuk memutuskan langkah selanjutnya.

Namun demikian, Kemlu menyatakan masih belum dapat sepenuhnya menyampaikan rincian lebih lanjut operasional evakuasi yang sedang berlangsung kepada publik atas alasan keamanan.

Ketegangan antara Iran dan Israel meningkat sejak Jumat (13/6) ketika Israel melancarkan serangan udara di sejumlah lokasi di Iran, termasuk fasilitas militer dan nuklir, yang memicu serangan balasan Teheran pada hari yang sama.

Kondisi tersebut kemudian diperparah dengan keterlibatan AS menyerang tiga titik fasilitas nuklir Iran pada Sabtu dalam operasi yang diklaim oleh Presiden Donald Trump sebagai “serangan yang sangat sukses”.

Keterlibatan AS dalam agresi Israel terhadap Iran, menentang peringatan Teheran supaya AS tidak ikut campur, diperkirakan akan menyebabkan pemburukan eskalasi yang tak terhindarkan di kawasan. Serangan itu juga membuka kemungkinan Iran menyerang fasilitas militer AS di Timur Tengah.