Suhu Tembus 37°C, Fenomena Ini Biang Kerok Indonesia Panas Ekstrem
Ilustrasi cuaca panas- (foto by Antara)
CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Dalam beberapa hari terakhir, suhu panas menyengat melanda berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Makassar yang suhunya mencapai 35 derajat Celcius. Bahkan, termometer sempat mencatat angka mengejutkan: 37,6 derajat Celsius pada beberapa daerah lainnya di indonesia. Lalu, apa sebenarnya penyebab cuaca sepanas ini?
Menurut penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini bukan sekadar cuaca biasa. Ada dua faktor besar yang berperan: gerak semu matahari dan Monsun Australia. Kombinasi keduanya membuat Indonesia seperti “dipanggang” langsung di bawah sorotan matahari.
“Saat ini posisi matahari berada di selatan ekuator, tepat melintasi wilayah tengah hingga selatan Indonesia. Radiasi matahari jadi lebih intens dan nyaris tanpa hambatan karena minim awan,” ungkap Guswanto, Deputi Meteorologi BMKG, dikutip dari Antara, Selasa (21/10).
Sementara Forecaster BMKG Sulsel IV, Amhar Ulfiana, mengungkapkan hasil pengamatan suhu maksimum di Makassar juga dipengaruhui karena kondisi saat ini masih terhitung kemarau.
“Jadi tidak hanya beberapa hari ini saja suhunya 34–35°C. Sejak puncak kemarau bulan September pun sudah di kisaran ini,” ujarnya.
Apa itu Gerak Semu Matahari?
Gerak semu matahari adalah fenomena alami di mana posisi matahari terlihat bergeser ke arah selatan bumi saat Oktober. Akibatnya, wilayah seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, hingga Papua mengalami penyinaran langsung dan intens dari pagi hingga sore. Daerah - daerah inilah yang suhu udaranya sempat mencapai 37 derajat Celcius.
Hal ini diperparah dengan hadirnya Monsun Australia, angin musiman dari selatan yang membawa udara panas dan kering. Akibatnya, pembentukan awan jadi sangat minim, dan sinar matahari langsung menembus permukaan bumi tanpa penghalang.
Meskipun cuaca terasa sangat panas, BMKG tetap memperingatkan adanya potensi hujan sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang, khususnya pada sore dan malam hari. Wilayah yang berpotensi terdampak antara lain Aceh, Medan, Padang, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Lampung, Jawa Barat, Denpasar, Kupang, Papua Barat Daya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan saat siang hari, memakai pelindung seperti topi dan sunblock, serta minum air putih secara rutin untuk menghindari dehidrasi atau bahkan heatstroke.
Kondisi panas ini diperkirakan berlangsung hingga awal November 2025, seiring pergeseran posisi matahari kembali ke arah utara.
