Update Bencana Sumatra: 166 Ribu Rumah Warga Hancur, Korban Jiwa Bertambah

Kondisi rumah warga yang rusak akibat banjir bandang di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, - (foto by Antara/ Yudi Mannar)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Pulau Sumatra meninggalkan dampak kerusakan besar pada permukiman warga dan fasilitas publik. Selain menelan korban jiwa dalam jumlah besar, ribuan rumah warga kini tidak lagi layak huni akibat terjangan bencana alam tersebut.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga Minggu (28/12) malam, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana di Aceh, Sumatra Barat, dan Sumatra Utara telah mencapai 1.140 orang. Wilayah dengan jumlah korban terbanyak berada di Aceh Utara sebanyak 213 orang, disusul Kabupaten Agam 191 orang, dan Tapanuli Tengah 127 orang.

Berdasarkan laporan resmi yang dirilis melalui laman bnpb.go.id, bencana banjir dan tanah longsor tersebut berdampak luas di 52 kabupaten dan kota pada tiga provinsi. Intensitas hujan tinggi serta kondisi geografis yang rawan memperparah kerusakan di wilayah terdampak.

BNPB juga melaporkan kerusakan signifikan pada sektor permukiman. Sebanyak 166.743 unit rumah warga mengalami kerusakan, dengan rincian 53.514 unit rusak berat, 41.899 unit rusak sedang, dan 71.330 unit rusak ringan. Kerusakan ini memaksa ribuan keluarga mengungsi dan kehilangan tempat tinggal.

Tak hanya rumah warga, bencana juga menghantam berbagai fasilitas penting. Tercatat 215 fasilitas kesehatan dan 3.188 fasilitas pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mengalami kerusakan dengan tingkat yang beragam.

Kerusakan juga meluas ke sektor keagamaan dan pemerintahan. BNPB mendata 806 rumah ibadah mengalami kerusakan akibat banjir dan longsor. Sementara itu, sektor transportasi menjadi salah satu yang paling terdampak parah.

Sebanyak 98 jembatan dilaporkan rusak, serta 99 ruas jalan terputus, sehingga menghambat akses antarwilayah. Kondisi ini berdampak langsung pada proses distribusi bantuan logistik dan upaya evakuasi korban di daerah-daerah yang masih terisolasi.

Tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, relawan, dan pemerintah daerah masih terus melakukan pencarian dan evakuasi korban. Namun, upaya tersebut menghadapi berbagai kendala, mulai dari akses jalan yang terputus, cuaca ekstrem, hingga medan berat di wilayah perbukitan dan pedalaman.

BNPB menegaskan bahwa seluruh data kerusakan dan korban jiwa yang dirilis saat ini masih bersifat sementara. Proses pendataan akan terus diperbarui seiring dengan upaya menjangkau wilayah-wilayah yang belum sepenuhnya terakses akibat kerusakan infrastruktur dan kondisi alam yang belum stabil.