KOLOM ANDI SURUJI: Spirit Hari Korban 40.000 Jiwa di Sulawesi Selatan

Monumen Korban 40.000 Jiwa - (Dok CELEBESMEDIA.ID)

SEJARAH mencatat. Pernah terjadi suatu peristiwa getir di Sulawesi Selatan. Sedikitnya 40 ribu orang dibantai oleh Raymod Pierre Paul Westerling dan pasukannya. 

Peristiwa itulah yang diperingati sebagai Hari Korban 40.000 Jiwa. Sebuah peristiwa kejam dan kelam bagi masyarakat Sulsel. Merka tidak rela dijajah, diperkosa hak asasi nya sebagai manusia. Mereka melawan, membangkang. 

Terlepas dari masih adanya kontraversi di seputar peristiwa itu, baik jumlah korban maupun cara pembunuhan massal itu terjadi, satu hal yang harus disepakati bahwa rakyat Sulawesi Selatan memiliki spirit yang kuat dan melawan keras kesewenang-wenangan, keserakahan. Siapa pun pelakunya. 

Spirit itulah yang seharusnya diwarisi generasi sekarang dan yang akan datang. Sejarah itu harus diajarkan, dipahamkan, sehingga tertancap menjadi sikap dasar dan karakter anak Sulawesi Selatan. Melalui ruang pendidikan formal maupun nonformal. 

Hal itu sangat urgen di tengah kondisi karakter anak-anak bangsa yang semakin tergerus. Kian terdegradasi dalam memperjuangkan anti-kesewenangan. Lemah dalam menegakkan sikap anti-keserakahan dan anti-korupsi.

Bahkan, semakin cair dan menjadi business as usual perilaku sogok-menyogok, suap-menyuap di tengah masyarakat. Perilaku koruptif kian kental. Tidak sedikit generasi muda yang malahan menyerah pada keadaan itu. Merasa terpaksa harus ikut dalam permainan kotor korupsi. 

Alasannya, antara lain karena tanpa keikutsertaan dalam orkestrasi perilaku koruptif itu, mereka bakal tertinggal. Tersisih dari lingkungan bila tampil menegakkan harga diri dan integritas individunya. Sungguh suatu sikap yang amat memprihatinkan. 

Bagi korban 40 ribu jiwa itu, jabatan, harta, bahkan nyawa tiadalah artinya demi suatu cita-cita kebangsaan, kerakyatan, yang bebas dari keserakahan penguasa. Bebas dari penindasan. 

Era ini, penindasan rakyat yang amat keras itu bernama korupsi. Pejabat, penguasa, berkelindan dan bertali-temali membuat simpul yang sangat erat dengan pengusaha dan pemilik modal membentuk kekuasaan yang serakah menguasai sumber daya nasional. 

Kadang atas nama kemakmuran rakyat, demi pembangunan daerah, mengentaskan rakyat dari kemiskinan, tetapi dalam prakteknya semata untuk kepentingan pribadi dan kelompok kecil saja. Terlampau banyak buah semangka berdaun sirih di pasar politik dan birokrasi. Lain yang tampak dan yang tidak tampak dari luar. Orang yang semula andalan, ternyata pecundang juga. 

Itulah puncak gunung es korupsi yang tampak di permukaan. Ke bawah, yang tak tampak, justru lebih besar dan lebih memprihatinkan. Raja-raja kecil  -seberapa kecil pun kekuasaannya-  di seluruh level amat lihai menggali lubang-lubang tata kelola yang telah diikat dengan aturan keras, untuk menjadikan perilaku koruptifnya mulus menggerogoti uang negara, uang rakyat. Yang tertangkap ya karena sial saja. 

Nilai-nilai kejuangan dan pengorbanan, dengan sekadar tenaga sekalipun, enggan mereka persembahkan secara tulus demi rakyatnya. Setiap goresan tanda tangan ada nilai rupiahnya. Wani piro. Makin besar nilai pekerjaannya, kian banyak angka berderet sebagai maharnya. Padahal dengan pekerjaan itulah mereka dibayar oleh negara memakai uang rakyat. Bahkan dari utang negara yang bakal dipikul generasi mendatang. 

Tengoklah Monumen Korban 40.000 Jiwa di Jalan Langgau, Makassar. Di sana berdiri patung besar laki-laki kekar bertopang krug penyangga. Sebelah kakinya puntung, simbol perjuangannya sekaligus kekejaman penguasa. 

Sekali setahun didatangi para pejabat, untuk sekadar upacara seremonial belaka, tanpa penjiwaan nilai-nilai perjuangan dan keuangan para korban. Padahal sejatinya, setiap upacara peringatan, justru nilai-nilai yang terkandung suatu peristiwa yang harus dijiwai, dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari. Apa pun pekerjaan dan profesinya. 

Harapan itu mungkin terlalu berat. Perlu dilacak, seberapa banyak generasi millenial yang tahu lokasi monumen itu, berapa persen di antara mereka yang paham Hari Korban 40.000 jiwa itu. Boleh jadi hasilnya mencengangkan, kalau tidak menyedihkan.

Download aplikasi CELEBESMEDIA.ID di Appstore dan Playstore.

Follow dan Add juga Sosial Media CELEBESMEDIA.ID di Instagram, Twitter, Facebook & Youtube.