3 Penyebab Suhu Panas dan Terik di Musim Hujan

Daerah berawan tebal diindikasikan warna merah hingga jingga dan daerah tidak berawan berwarna hitam - (foto by Instagram/@infoBMKG)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan mengalami panas terik dan suhu panas beberapa waktu terakhir. Padahal bulan Januari ini dikatana sebagai periode puncak musim hujan. Mengapa demikian?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam akun instagramnya menjelaskan penyebab suhu panas di musim hujan. BMKG juga membenarkan jika sepekan terakhir cuaca di Indonesia memang tercatat lebih panas. Bahkan pada tanggal 12 Januari lalu, tercatat suhu maksimum mencapai 35,4 derajat Celcius.

“Pengamatan suhu maksimum harian terjadi di periode 9-13 Januari. Tanggal 12 Januari tercatat sebagai hari terpanas pekan ini dengan suhu maksimum harian 35,4 derajat Celcius,” tulis akun resmi BMKG yang dikutip Senin (15/1/2023).

Berikut ini 3 penyebab cuaca terik di musim hujan menurut penjelasan BMKG.

1. Jeda hujan

Meski masih dalam periode musim hujan, namun faktanya sudah ada beberapa wilayah di Indonesia yang intensitas hujannya berkurang. Bahkan ada wilayah yang sudah tidak hujan sepekan terakhir.

“Pada awal hingga pertengahan Januari sebagian besar wilayah di Indonesia masih sering hujan. Namun beberapa wilayah tercatat sudah tidak mengalami hujan lebih dari 6 hari,” jelas BMKG.

2. Tutupan awan berkurang

Salah satu faktor suhu panas di musim hujan karena tutupan awan yang berkurang di beberapa wilayah. Hal ini menyebabkan beberapa wilayah menjadi sangat panas.

“Tampak Jawa hingga Nusa Tenggara terjadi sedikit perawanan (tutupan awan).”

"Pada tanggal 9  hingga 11 Januari terdapat awan konvektif signifikan di wilayah  Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, jambi, Sumatera Selatan, Bengkelu, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimatan Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat dan Papua."

3. Gangguan sirkulasi Monsun Asia

Jeda hari hujan atau dry spell dan berkurangnya tutupan awan atau less cloudiness di Pulau Jawa dan sekitarnya disebabkan adanya blocking Monsun Asia. Hal ini juga menyebabkan aliran udara lembab dari utara terhambat.

“Munculnya Pusran angina (vortex) di Samudera Pasifik bagian barat, di laut Cina Selatan serta di barat daya Sumatera menyebabkan aliran masa udara lembab dari utara terhambat, dan intrusi udara kering dari selatan lebih doniman di bagian selatan Indonesia,” penejlas BMKG dalam akun resminya.