Curhat IRT Soal Bantuan Air Bersih Tak Efektif

Fatimah yang mendorong gerobak berisi jeriken untuk membeli air bersih - (foto by Ardi Jaho)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Sudah dua bulan, Fatimah (36) yang merupakan warga Kecamatan Ujung Tanah harus bolak-balik dengan mendorong gerobak berisi 7 jeriken ukuran 10 liter. 

Ibu Rumah Tangga (IRT) domisili Kelurahan Gusung ini mengaku dalam sehari ia harus membeli air bersih dengan mengisi jeriken. Jarak rumahnya dengan penjual air tersebut terlalu jauh sekitar 100 meter. 

Namun itu harus dilakukannya berulang kali sebanyak 3 kali agar memenuhi bak penampungan air bersihnya penuh. Artinya dalam sehari ia harus menempuh jarak 600 meter atau lebih dari setengah kilometer.

"Tidak jauh dari rumah itu penjual air hanya berjarak kurang lebih 100 meter jauhnya untuk memenuhi keperluan sehari-hari, hanya harus bolak-balik," ucapnya kepada CELEBESMEDIA.ID, Selasa (19/9/2023).

Fatimah mengeluhkan distribusi bantuan air bersih yang dilakukan Pemerintah dinilainya tak efektif karena tidak rutin datang setiap sehari. Sementara air bersih dibutuhkan setiap hari.

"Adaji bantuannya pemerintah kota terkait pendistribusian air bersih disini cuman biasa datang satu hari besoknya lagi tidak datang mi," tuturnya.

Ia pun berharap pemerintah mempunyai inovasi terkait pemenuhan kebutuhan  masyarakat akan air bersih.

"Bagus juga kalau dibuatkan masyarakat sumur bor, biar kita sebagai warga tidak siksa kasian," keluhnya.

Selain berjalan kaki, Fatimah juga mengaku harus mengeluarkan biaya tambahan yang cukup banyak. 

Dalam sehari ia harus merogok dompetnya sekitar Rp 15.000. Berarti dalam sebulan biaya yang dikekuarkan untuk membeli air bersih sebanyak Rp 450.000.

"Satu jerigen itu isinya 10 liter, satu kali ambil air tujuh jerigen dengan harga Rp. 5.000, kali tiga sehari, jadi setidaknya ada Rp 15 ribu belum lagi kebutuhan anak-anak, tambah pusing kita sebagai orang miskin," jelasnya.

"Hemat mamiki pakai air untuk mandi, mencuci, atau pun memasak," tutupnya.

Laporan: Ardi Jaho