Pedagang Sapi Kurban Asal Gowa Terancam Merugi

. Selasa, 03 Juni 2025 20:00
Dg Tayang dengan sapi kurban jenis limosin yang dijualnya di area Jl Hertasning, Makassar, Selasa (3/6) - (foto by Rifki)

CELEBESMEDIA.ID, Makassar - Daeng Tayang (43), seorang peternak yang telah berjualan sapi kurban selama 20 tahun di Makassar, Sulawesi Selatan turut merasakan dampak lesunya ekonomi Indonesia.

Menurut Dg Tayang saat dijumpai di Jalan Hertasning, Makassar, Selasa (3/6/2026) siang, Idul Adha 1446 H merupakan penjualan terendah sapi kurban miliknya.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya, Dg Tayang dapat menjual hingga 100 ekor sapi kurban, tiga hari menjelang lebaran ini, Ia baru dapat menjual sekira 40 ekor sapi kurban.

Dg Tayang dan dua orang anggota keluarganya merupakan peternak berasal dari Tombolo Pao, Gowa, Sulawesi Selatan. Jika sebelumnya mereka memiliki target penjualan sapi kurban, tahun ini Dg Tayang tak lagi menargetkan apa pun.

“Kami bertiga, ada ponakan dan sepupu menurunkan 200 ekor sapi kurban. Target penjualan tidak ada, karena beda dengan tahun-tahun lalu. Dulunya sebelum start dari kampung, kita sudah bisa ukur, bisa laku berapa. Sekarang beda sekali, karena abu-abu sekali,” ungkap Dg Tayang.

Sapi kurban yang dijual Dg Tayang dan keluarganya berjenis Sapi Bali dan Limosin. Sapi Bali dibanderol mulai Rp13,5 juta hingga Rp30juta dengan berat mulai 150 kilogram hingga 200 kilogram.

Kemudian Limosin dibanderol mulai Rp30 juta hingga Rp75 juta, dengan berat 75 kilogram hingga 1 ton.

Selain berat, harga tersebut dipatok Dg Tayang berdasarkan jenis perawatannya. Ia mengaku sapi kurban yang dijualnya telah tersertifikasi kesehatan dan layak kurban oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan setempat.

Harga yang dipatok Dg Tayang juga sudah sesuai kata dia, kendati demikian pembeli masih sepi.

“Kalau masalah harga sapinya tidak terlalu tinggi jika dibandingkan tahun lalu, selisihnya sekira Rp1 jutaan saja, tapi tetap sepi pembeli,” bebernya.

Pembeli sapi kurban milik Dg Tayang memiliki latar belakang yang bervariasi. Mulai dari pejabat setempat hingga salah satunya pemain PSM, Rasyid Bakri.

Untuk mengantisipasi sapi tak laku terjual, Dg Tayang akan tetap menunggu pembeli hingga tiga hari usai lebaran.

Adapun jika tak habis terjual, maka sisanya akan dikembalikan ke peternakan mereka di Tombolo Pao, Gowa. Jika hal itu terjadi, maka Dg Tayang mengaggapnya sebagai sebuah kerugian yang membuatnya harus mengutang.

"Kalau akhirnya tidak laku semua, omzet tidak cukup, terpaksa kami harus mengutang. Apalagi sebenarnya jualan sapi kurban seperti ini untung yang dihasilkan tipis, sedangkan biaya hidup sapi kurbannya besar, minimal Rp500 ribu per hari,” pungkas dia.

Laporan: Muhammad Rifki