Ekonom: 4 Mesin Pesawat Dunia Bermasalah Akibatkan Krisis Multi Dimensi

CELEBESMEDIA.ID, Makassar – Dunia kita ini diibaratkan pesawat Airbus 380, pesawat besar dengan 4 mesin. Sayangnya akhir-akhir ini 4 mesinnya bermasalah. Satu mesin mulai serak.

Hal itu diungkapkan oleh Ekonom, Wijayanto Samirin saat menjadi narasumber di CEO Business Forum (CBF) 2022 di Saoraja Wisma Kalla, Jalan Jend Sudirman Makassar, Selasa (4/10/2022).

Mesin pertama Amerika Serikat ini melatih 25% ekonomi, inflasi 8,5 %,  record dalam 40 tahun. kontrkasi ekonomi 1,6% (Q1 2022) dan  0.6 % (Q2 2022) YoY.

"Quartal pertama, quartal kedua ini kemarin mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Pengangguran memang rendah tapi karena banyak yang quit dari pekerjaan tidak masuk dalam lebel market, inflasi tinggi 8,5 % tertinggi dalam sejarah Amerika 40 tahun terakhir jadi mesin pertama 25% ekonomi bermasalah," ucapnya.

Mesin kedua China, kata Wijayanto, sekarang itu China ekuivalen dengan 18% ekonomi dunia.

"Ini juga batuk-batuk (bermasalah), penyebabnya adalah sesuatu yang tidak pernah kita duga, kekeringan di China menyebabkan produksi pangan turun,  inflasi naik," tuturnya.

Tidak hanya itu, karena sungai-sungai besar di China kering dan dalam 2 dekade itu China banyak membangun PLTA dan ikut kering sehingga energi sulit, industri terhambat.

"Padahal kita berbicara prosesor dan sebagainya China produsennya sehingga permasalahan di China menjalar ke mana-mana," benernya.

Kemudian, lanjut Wijayanto, mesin ketiga European Union (EU) juga memiliki masalah besar karena tidak hanya krisis energi tapi juga krisis geopolitik.

"18% ekonomi dunia, permasalahan dengan EU ini adalah sulit dianalisis. Menganalisis EU sama dengan menganalisis cara berpikir Putin, tidak satu orang pun tahu bagaimana cara Putin berpikir, mungkin Putin sendiri juga tidak tahu tapi ini suatu krisis yang barangkali bisa sangat singkat tapi sangat mungkin panjang," terangnya.

Menurutnya, krisis yang terjadi sekarang ini beda dengan krisis-krisis sebelumnya. Wijayanto mengungkapkan jika kita melihat 6 krisis terbesar dalam sejarah dunia, empat diantaranya adalah krisis finansial yakni di 1772 kemudian 1998 kemudian 2008 dan 1929 itu krisis yang disebabkan pandemi survive.

Kalau krisis keuangan saja kita sudah hafal kondisinya, Bank di bailout terjadi di 1998 dan 2008. Tahun 2020 terjadi krisis multi dimensi.

 "Saya sebutankan 3 faktor tapi kemungkinan jadi 4 pertama pandemi Covid-19 sesuatu yang belum terjadi sebelumnya, pasok belum diperbaiki akhirnya inflasi, belum berhasil inflasi ditangani perang Ukraina- Rusia membuat sok energi, gandum dan sebagainya terus berlangsung ditambah lagi kekeringan di China tiga faktor yang berkombinasi menjadi multi dimensi yang belum pernah kita alami," tandasnya.

Namun yang menarik, kata Wijayanto, berita pagi ini kredit Swiss harga sahamnya drop. Diduga akan mengalami krisis likuiditas.

"Jadi ini multi dimensi dan dimensi ke empat adalah krisis finansial," kata Wijayanto.

Laporan : Darsil Yahya